Intip Peluang Perdagangan Karbon, Simak Strategi Indika Energy (INDY)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam waktu dekat Indonesia bakal memiliki bursa karbon. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengeluarkan aturan terkait bursa karbon pada 12 Juni 2023 mendatang. Adapun  bursa karbon ditargetkan akan mulai beroperasi pada tiga bulan sesudah aturan teknis itu keluar yakni September 2023.

Sejumlah emiten sudah menyiapkan ancang-ancang guna mencuil peluang dari perdagangan karbon. Ricky Fernando, Head of Corporate Communications PT Indika Energy Tbk (INDY) mengatakan, pihaknya akan mengikuti dan mendukung aturan yang ditetapkan Pemerintah.

Terkait bursa karbon, Indika Energy pada tahun 2022 secara sukarela membeli kredit karbon dari proyek blue carbon terbesar di dunia, ditujukan untuk mengimbangi 52.800 ton CO2 eq dari emisi INDY.


“Proyek ini melindungi dan memulihkan 350.000 hektare area di Provinsi Sindh, Pakistan,” kata Ricky kepada Kontan.co.id, Senin (29/5).

Ke depan, Indika Energy terus mengeksplorasi potensi-potensi dari carbon trading, termasuk yang dilakukan oleh anak perusahaan INDY, yakni Indika Nature.

Baca Juga: OJK Klaim Bursa Karbon Mulai Meluncur Pada September 2023

Anak usaha INDY tersebut mengembangkan solusi berbasis alam dan fokus pada tiga pilar bisnis, yakni perkebunan energi, jasa lingkungan, dan agroforestri.

Emiten tambang batubara ini juga terus melakukan diversifikasi usaha pada sektor non-batubara dan fokus pada keberlanjutan untuk mewujudkan komitmen Environmental, Social, and Governance (ESG) INDY menuju netral karbon pada tahun 2050.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama mengatakan, INDY disebut telah melakukan perdagangan karbon menyusul targetnya untuk mengurangi karbon sebesar 550 kilo ton (Kton) sampai 600 Kton emisi CO2 di bawah anak perusahaan, yakni Indika Multi Properti (IMP), dengan meningkatkan reklamasi lahan sebesar 20% pada tahun 2025.

Henan Putihrai Sekuritas menyematkan rating buy saham INDY dengan target harga Rp 2.910. Namun, risiko terhadap rekomendasi ini diantaranya  pendirian  perusahaan baru yang getol dilakukan INDY membutuhkan modal awal yang lebih tinggi dari yang diharapkan.

 
INDY Chart by TradingView

Selain itu, strategi diversifikasi yang jauh dari bisnis batubara bisa bertranslasi pada laba yang lebih fluktuatif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari