Intip Peluang Reksadana di Tahun 2023



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Prospek industri reksadana diproyeksi masih cerah di tahun depan. Di mana, reksadana saham, reksadana pendapatan dan reksadana campuran diprediksi bisa melaju kencang di tahun 2023.

Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan, prospek investasi di reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana campuran tergolong cerah.

Reksadana berbasis saham memiliki fundamental yang baik seiring dengan berbagai katalis positif yang menghiasi pasar saham  pada 2023. Pergerakan indeks obligasi di tahun depan juga berpotensi memberi kinerja yang baik.


"Kami melihat tingkat suku bunga masih akan mengalami kenaikan hingga kuartal pertama 2022 lalu berpotensi flat hingga kuartal ketiga," kata Reza saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (9/12). 

Dari sisi yield, ia memprediksi level government bond tenor acuan 10 tahun pada akhir 2022 berada di level 6,8%-7,10%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan awal tahun 2022 di level 6,4%. 

Baca Juga: AUM Industri Reksadana Lanjutkan Penurunan pada Bulan Lalu

Menurut Reza, level 6,8%-7,1% merupakan yield yang cukup menarik bagi investor untuk berinvestasi di obligasi pemerintah. Pasalnya, fundamental Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara di regional yang sama. 

Di sisi lain, jelang akhir tahun, jumlah dana kelolaan alias assets under management (AUM) industri reksadana kembali turun pada November 2022 menjadi Rp 515,47 triliun. Pada bulan Oktober 2022, AUM industri reksadana tercatat sebesar Rp 521,96 triliun.

Dengan begitu, penurunan AUM telah terjadi dalam tiga bulan berturut-turut. Pada Agustus 2022, AUM reksadana tercatat Rp 544,84 triliun, lalu pada September 2022 Rp 533,92 triliun. 

Penurunan AUM terjadi pada reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana terproteksi. AUM reksadana pasar uang pada November 2022 turun 3,12% month-to-month (MoM) menjadi Rp 94,03 triliun, lalu reksadana pendapatan tetap terkoreksi 1,4% menjadi Rp 142,55 triliun, dan reksadana terproteksi merosot 3,57% ke Rp 98,02 triliun.

Sebaliknya, reksadana saham memperlihatkan kinerja yang positif. AUM reksadana saham pada November 2022 naik tipis 0,39% menjadi Rp 113,38 triliun dari Rp 112,94 triliun pada Oktober 2022.

Reza mengatakan, momentum akhir tahun membuat investor mulai masuk ke pasar yang lebih agresif. Alhasil, reksadana saham mencatatkan kenaikan AUM, sedangkan reksadana pasar uang dan pendapatan tetap menurun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari