Intip Profil dan Rencana Kerja Jasa Armada (IPCM) Guna Mendongkrak Kinerjanya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasa Armada Indonesia Tbk meyakini prospek bisnis infrastruktur transportasi, khususnya di sektor maritim yang masih sangat besar. Dus, pengembangan usaha terus digencarkan oleh perusahaan milik negara ini.

Jasa Armada Indonesia memiliki bisnis pelayanan jasa pemanduan dan jasa penundaaan kapal. Pada awal pengoperasiannya, perusahaan ini merupakan unit usaha pelabuhan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), sebelum menjadi anak perusahaan pada 13 Juli 2013.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada September 2014, dan menawarkan jasa kapal, jasa pengelolaan kapal, dan jasa angkutan kapal. Adapun pangsa pasar utama yaitu melayani kegiatan pelayanan kapal di 12 Provinsi wilayah kerja Regional 2.


Baca Juga: Jasa Armada (IPCM) Ekspansi Pasar ke Maluku Utara, Sasar Layanan Kargo Nikel

Usai mencetak konsistensi laba sejak beroperasi, perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 Desember 2017. Perusahaan ini menggunakan kode saham IPCM.

Namun memang, sejak IPO itu harga sahamnya cenderung merosot dan saat ini berada di bawah harga IPO sebesar Rp 380 per saham. Pada Jumat (24/5), harga saham IPCM bertengger di Rp 270 per saham.

Direktur Utama IPCM Shanti Puruhita mengatakan, pihaknya optimis nilai perusahaan masih berpotensi untuk bertumbuh. Ini seiring dengan upaya yang dilakukan perseroan dan keunggulannya sebagai perusahaan.

Ia menuturkan, keunggulan perusahaan, salah satunya dari kepemilikan sarana prasarana pemanduan dan penundaan yang sangat baik dalam memenuhi syarat dan regulasi dari regulator. "Saat ini mengoperasikan 94 kapal, dengan 59 kapal tunda, 30 motor pandu, dan 5 kapal kepil," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (23/5).

Baca Juga: IPCM Raih Kenaikan Laba Bersih Menjadi Rp 157,6 Miliar

Selain itu, pengalaman yang besar sejak 1960 dalam pelaksanaan pemanduan dan penundaan, memiliki awak kapal berpengalaman dan tersertifikasi (Certificate of Competence dan Certificate of Proficiency) sesuai standar IMO (International Maritime Organization), serta memiliki tata kelola yang credible dengan statusnya sebagai perusahaan publik.

 
IPCM Chart by TradingView

Memanfaatkan berbagai hal tersebut, Shanti memaparkan, selain pelayanan tunda di 12 Provinsi wilayah regional 2, IPCM juga terus aktif memperkuat bisnisnya dengan berhasil melakukan perpanjangan sejumlah kerjasama dengan para mitra bisnis. Beberapa diantaranya, dengan PT Nusantara Regas, PT Cemindo Gemilang Tbk, PT Cirebon Electric Power, PT Cirebon Energi Prasarana.

Teranyar, IPCM juga memperoleh pengembangan pasar baru di Pelabuhan Laiuwi, Obimayor – Pantai Utara dan Perairan Pulau Obimayor – Pantai Barat, Halmahera Selatan. Sejak 1 April 2024, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi memberikan pelimpahan kepada Badan Usaha Pelabuhan (BUP) Jasa Armada Indonesia.

Sementara itu, pada tahun ini IPCM juga berfokus pada penguatan armada pandu tunda dan penguatan sistim IT. Kemudian, juga lanjut membuka kerjasama bisnis dengan cargo owner di Palembang, PT Maritim Barito Perkasa (Adaro Group) serta PT Karya Pacific Shipping melalui kerjasama penyediaan sarana prasarana pemanduan kapal.

"IPCM juga menambah catatan positif melalui kolaborasi dengan Penajam International Terminal yang merupakan BUP di Pelabuhan Palembang," sebutnya.

Baca Juga: Jasa Armada Indonesia (IPCM) Siapkan Capex Rp 67 Miliar untuk Tahun 2024

Dus, total kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex) multiyears dan murni tahun 2024 sebesar Rp 158,8 miliar. Ini termasuk investasi  pembangunan kapal 2 unit kapal tunda baru (2X1600 dan 2X1200 HP) yang sedang dalam proses pengadaan dengan nilai capex sebesar Rp 148,8 Miliar.

"Ditargetkan serapan capex tahun ini sebesar 46%," paparnya.

Sampai dengan kuartal I 2024, IPCM mencatatkan pendapatan sebesar Rp 293,36 miliar, tumbuh tipis dibandingkan kuartal I 2023 sebesar Rp 291,56 miliar. Sementara laba bersih tercatat sebesar Rp 38,51 miliar atau turun 18,3% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 47,14 miliar.

Turunnya laba bersih disebabkan kenaikan beban umum dan administrasi menjadi Rp 30,24 miliar dari sebelumnya Rp 29 miliar. Selain itu, pendapatan operasi lainnya juga mencatatkan penurunan menjadi Rp 118,11 juta dari Rp 872,92 juta sehingga menekan laba bersih.

Guna mengejar pertumbuhan, Shanti menuturkan, IPCM akan terus berinovasi, khususnya dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pola operasi. Salah satunya elektrifikasi sarana pendukung operasi kapal (shore connection dan harbour generator) dalam mengefisienkan penggunaan BBM.

Baca Juga: Pacu Kinerja, IPCM Membidik Pertumbuhan Pendapatan 5%

Adapun tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 5% YoY. Ia optimis target tersebut masih akan tercapai. Sebab, selain melanjutkan kerjasama bisnis dengan para business owner serta peningkatan pelayanan, IPCM berhasil menyepakati penetapan dan penyesuaian tarif pelayanan jasa pemanduan dan penundaan kapal baik di wilayah BUP Pelindo maupun BUP IPCM.

Beberapa diantaranya, untuk wilayah BUP perseroan pada Terminal Khusus (Tersus) Cemindo Gemilang Tbk di Bayah, Tersus FSRU PT Nusantara Regas, serta Tersus dan TUKS PT Cirebon Electric Power, serta PT Cirebon Energi Prasarana atau yang lebih dikenal dengan Kanci 1 dan Kanci 2. "Sedangkan untuk wilayah BUP PT Pelindo Regional 2 pada Pelabuhan Banten dan Pelabuhan Cirebon," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto