KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas diperkirakan akan alami koreksi teknis di tengah
wait and see investor jelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Hal ini tercermin dari penurunan harga emas sepekan terakhir. Data Trading Economics mencatat harga emas terkoreksi 0,38% dalam sepekan per Senin (4/11) pukul 16.25 WIB, tetapi secara harian mulai menguat 0,15% ke US$ 2.740 per ons troi. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, pasar masih
wait and see terkait hasil pilpres AS. Spekulasi bahwa masa jabatan kedua Donald Trump sebagai presiden akan memicu inflasi melalui kebijakan fiskal ekspansif dan tarif yang lebih tinggi.
Alhasil, investor menahan emas sebagai lindung nilai terhadap risiko inflasi jangka panjang. Namun, ekspektasi mereda karena jajak pendapat menunjukkan persaingan ketat antara kedua kandidat presiden.
Baca Juga: Harga Emas Naik Tipis pada Senin (4/11) Pagi Menjelang Pemilihan Presiden AS Esok Sementara itu, The Fed secara luas diantisipasi untuk menerapkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) minggu ini. Hal itu setelah pengurangan 50bps pada bulan September, dengan pasar juga memperhitungkan pemotongan 25bps poin lagi untuk bulan Desember. Meski begitu, harga emas diperkirakan akan berkinerja baik, terlepas dari hasil pemilihan AS, dengan risiko geopolitik jangka pendek yang tetap tinggi. Misalnya, serangan 9/11, pandemi Covid-19, dan invasi Rusia ke Ukraina, Israel vs Proxy Iran telah, mendorong kenaikan harga emas yang signifikan karena investor berbondong-bondong membeli emas di masa-masa ketidakstabilan. "Harga emas meningkat sebesar 55% selama masa jabatan Donald Trump dan sebesar 45% lagi (per 30 Oktober) selama masa jabatan Joe Biden di Gedung Putih," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (4/11). Sutopo menilai, momentum positif emas akan terus berlanjut dalam jangka pendek hingga menengah. Latar belakang makro kemungkinan akan menguntungkan bagi logam mulia karena suku bunga menurun dan diversifikasi cadangan devisa terus berlanjut di tengah ketegangan geopolitik, menciptakan minat yang sempurna bagi emas. Menurutnya, jika Trump yang terpilih menjadi Presiden AS, kebijakan tarif dan kontrol imigrasi yang lebih ketat, pembatasan pemotongan suku bunga dari Federal Reserve membuat dolar AS yang lebih kuat dapat memberikan beberapa hambatan bagi emas. Namun, peningkatan ketegangan perdagangan (
trade war) dapat menambah daya tarik emas sebagai tempat berlindung yang aman.
Baca Juga: Harga Emas Spot Stabil di US$2.746,30 pada Jumat (1/11) Pagi Sementara jika Harris yang terpilih, tekanan inflasi akan relatif lebih rendah karena pertumbuhan yang lebih lemah. Lalu, tidak adanya eskalasi dalam ketegangan perdagangan dan kebijakan imigrasi yang relatif lebih longgar. "Fed mungkin merasa lebih nyaman dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, yang pada akhirnya akan memberikan dukungan terhadap harga emas. Namun, ketidakpastian yang lebih rendah atas perdagangan dapat menurunkan permintaan logam mulia sebagai aset tempat berlindung yang aman," sebutnya. Sampai dengan tahun ini, Sutopo tetap menilai positif prospek emas dengan target harga US$ 2.800 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari