Intip Prospek Kinerja dan Saham Perbankan pada Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2022 merupakan kebangkitan bagi industri perbankan. Setelah tertekan akibat pandemi Covid-19 dalam dua tahun sebelumnya, bank-bank tampil cukup ekspansif dan mencetak laba bersih yang sudah melampaui kondisi sebelum pandemi.

Menurut catatan Bank Indonesia (BI), kredit perbankan nasional sudah tumbuh sebesar 11,16% secara year on year (YoY) hingga November 2022.Namun, dari jajaran bank tradisional beraset besar, ada enam bank yang mencatatkan ekspansi melampaui pertumbuhan industri. 

Berdasarkan laporan bulanan per Oktober 2022, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menorehkan pembiayaan tumbuh 23,4% YoY, PT Bank OCBC NISP tumbuh 15,6%, BTPN meningkat 15, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tumbuh 14,3%. Bank Mandiri dan CIMB Niaga tumbuh masing-masing 12,4% dan 11,4% per November. Bank Danamon dan BNI telah berhasil tumbuh dua digit yakni masing-masing 10,7% per Oktober dan 10,07% per November. 


Dari sisi perolehan laba bersih, bank tradisional juga menorehkan performa gemilang dengan pertumbuhan hingga puluhan persen. Dari 13 bank aset teratas di Tanah Air, hanya Bank Panin dan Maybank yang mengalami penurunan masing-masing 0,8% dan 32,9% YoY per November. 

Baca Juga: Rights Issue Bank BTN (BBTN) Masuki Periode Exercise, Ini Cara Menebusnya

Tiga bank bahkan berhasil mencetak laba bersih di atas Rp 30 triliun. BRI tampil dengan perolehan laba tertinggi. Dalam sepuluh bulan pertama tahun ini, bank pelat merah ini (secara bank only) sudah menembus net profit Rp 40,2 triliun atau tumbuh 65,6% YoY.

Bank Mandiri telah mengantongi laba Rp 34,8 triliun dalam sebelas bulan atau tumbuh 59,8% YoY dan BCA membukukan Rp 31,8 triliun dalam sepuluh bulan atau meningkat 17,7% secara YoY.

Secara pertumbuhan, BNI, Bank Permata dan Bank Danamon tampil dengan dengan performa paling tinggi. Hingga November, laba BNI tumbuh 78,7% dan Bank Permata melesat 95,8%. Net profit Bank Danamon per Oktober tumbuh 79,8% YoY.

Dari 7 jajaran bank digital, empat bank sudah berhasil mencetak untung tahun ini. Sepanjang sebelas bulan pertama, Allo Bank membukukan laba bersih Rp 260,4 miliar, Seabank Rp 33,8 miliar, dan Bank Raya sebesar Rp 8,85 miliar. Adapun Bank Jago mengantongi keuntungan 44,27 miliar dalam sepuluh bulan pertama tahun ini. 

Untuk ekspansi kredit, bank digital menorehkan pertumbuhan lebih tinggi dari bank tradisional. Hanya Bank Raya yang mengalami penurunan kredit sebesar 38,4% per November 2022. Ini lantaran perseroan melakukan bersih-bersih aset lama sebelum resmi meluncur jadi bank digital.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa pertumbuhan kredit bank digital cukup tinggi karena berangkat dari basis rendah sebagai bank baru. BCA Digital dan Bank Aladin yang tahun lalu belum memiliki kredit, per November sudah mencatatkan portofolio masing-masing Rp 2,6 triliun dan Rp 989 miliar. Kredit Seabank melesat 226,6% YoY dan Allo Bank 221,2%. Adapun  kredit Bank Jago melonjak 99,3% dan BNC naik 135,8% per Oktober 2022. 

Prospek Kinerja dan Saham Perbankan Tahun 2023

Menurut Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, kinerja perbankan tumbuh luar biasa tahun ini lantaran pandemi Covid-19 mereda dan adanya berbagai stimulus yang diberikan pemerintah untuk menggerakkan ekonomi. 

Namun, ia memperkirakan pertumbuhan kinerja perbankan tahun depan tak akan setinggi tahun ini. Pasalnya, ada berbagai tantangan yang dihadapi, seperti kenaikan suku bunga dan dan gejolak ekonomi global. 

"Suku bunga The Fed masih akan naik sehingga BI akan melakukan penyesuaian rate-nya yang kemungkinan bisa menuju 6%-7% tahun depan yang akan menekan ekonomi domestik. Pertumbuhan kinerja perbankan kemungkinan tidak akan lebih dari 10% tahun depan," kata Trioksa pada Kontan.co.id, Selasa (27/12).

Meskipun bank-bank besar memasang target kredit optimis dua digit, ia melihat tantangan untuk mencapai itu berat sehingga berpotensi direvisi di tengah tahun. Selain menekan permintaan kredit, kenaikan suku bunga menurutnya juga bisa menekan kualitas aset. Oleh karena itu, bank harus mengantisipasi itu yakni dengan meningakatkan efisensi agar kenaikan bunga kredit bisa ditahan. 

Baca Juga: BTN Meluncurkan Super Apps Baru di Awal 2023, Gabungkan Seluruh Layanan Digital BTN

Trioksa bilang, tantangan paling besar akan dihadapi bank digital tahun depan. Sebagai bank yang masih harus berjuang menjangkau nasabah, mereka tentu harus memberikan bunga dana lebih tinggi agar bisa bersaing dengan bank tradisional. Alhasil, biaya dana akan meningkat dan bank akan mengimbanginya dengan bunga kredit yang lebih tinggi. 

Adapun bank yang punya potensi tumbuh paling tinggi menurut Trioksa adalah BCA dan BRI. Ia melihat BCA punya keunggulan karena kuat dari sisi fundamental ritel dan dari sisi transformasi digital. Sedangkan BRI memiliki sumber pertumbuhan baru dari holding ultra mikro dan permodalan yang sangat kuat.

Analis Mirae Sekuritas Tasrul Tanar melihat saham-saham sektor perbankan akan menarik tahun depan. Kemungkinan The Fed masih kembali menaikkan suku bunga akan mendorong kenaikan BI rate tahun depan. Hal itu akan mendorong net interest margin (NIM) perbankan. 

Ia memperkirakan pergerakan bursa di awal tahun memang masih akan ditopang sektor energi, namun mulai April akan terjadi pergeseran sektoral ke banking

"Namun, proyeksi ini hanya berlaku untuk bank konvensional. Untuk bank yang terkait dengan teknologi masih perlu dihindari," ujarnya.

Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro juga melihat prospek saham perbankan konvensional akan menarik tahun depan. Menurutnya, saham-saham dengan valuasi murah atau memiliki PBV lebih rendah dari rata-rata PBV industri yang tercatat 3,24x saat ini, menarik untuk dicermati.

Menurutnya, saham bank berkapitalisasi besar dan berfundamental solid akan sangat bagus tahun 2023. Pasalnya saat bunga mulai naik, pergerakan saham-bank-bank di kelompok ini justru naik.

"Kenaikan suku bunga tinggi akan membuka peluang bagi bank-bank besar untuk mendapat manfaat kenaikan NIM . Kemudian dari sisi pertumbuhan kredit seharusnya tetap meningkat setelah sempat melandai akibat pandemi Covid-19," ujar Nicodimus.

Nico tetap merekomendasikan saham empat bank besar, sedangkan saham bank digital meskipun sudah terkoreksi tajam tahun ini tidak dia rekomendasikan. Ia menyebut bahwa kenaikan suku bunga tinggi akan membuat cost of fund bank digital naik seiring peningkatan suku bunga deposito dan pinjaman. 

"Padahal tawaran bunga tinggi adalah cara mereka bisa bersaing dari bank besar." pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi