Intip Proyeksi Rupiah untuk Kamis (8/8) Usai Menguat Paling Tinggi di Asia Hari Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tajam pada hari ini (7/8). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melonjak 0,81% ke posisi Rp 16.035 per dolar AS pada Rabu (7/8). 

Sedangkan di Jakarta Interbank Spot, Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,51% ke posisi Rp 16.100 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen eksternal masih menjadi penopang utama pergerakan rupiah. Di mana, para trader saat ini mengharapkan pelonggaran suku bunga sebesar 110 basis poin (bps) untuk tahun ini dari The Fed.


CME FedWatch Tools memperkirakan, peluang pemangkasan suku bunga 50 bps hampir 70% pada bulan September, turun dari 85% dari awal pekan ini. 

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 16.035 Per Dolar AS Pada Hari Ini (7/8)

Ibrahim menuturkan, para pembuat kebijakan bank sentral AS pada hari Senin (5/8), menolak anggapan bahwa data pekerjaan Juli yang lebih lemah dari perkiraan. Akan tetapi, pembuat kebijakan The Fed juga memperingatkan bahwa The Fed perlu memangkas suku bunga untuk menghindari resesi.

Sementara itu, wakil Gubernur Bank of Japan (BoJ) Shinichi Uchida mengatakan BoJ tidak akan menaikkan suku bunga saat pasar tidak stabil. Komentarnya memicu optimisme bahwa suku bunga Jepang tidak akan naik setajam yang awalnya diperkirakan.  

“BOJ telah menaikkan suku bunga minggu lalu dan mengisyaratkan kenaikan lebih lanjut tahun ini, dengan perubahan sikap agresif yang tak terduga menjadi beban utama di pasar Jepang,” kata Ibrahim dalam riset hariannya Rabu (7/8).

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, rupiah mendapat sokongan dari kenaikan cadangan devisa Indonesia per akhir Juli 2024. Di mana, Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa cadangan devisa Indonesia di akhir Juli 2024 sebesar US$ 145,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024 sebesar US$ 140,2 miliar.  

“Kenaikan posisi cadangan devisa ini terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," imbuh Ibrahim. 

Untuk diketahui, posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. 

Dengan faktor-faktor tersebut, Ibrahim memproyeksi, rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi berpotensi ditutup menguat pada rentang Rp 15.980 - Rp 16.050 per dolar AS pada perdagangan Kamis (8/8). 

Selaras dengan hal ini, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, penguatan rupiah lantaran Investor yang merespon positif terhadap data cadangan devisa yang naik untuk bulan Juli. 

Baca Juga: Cadangan Devisa RI Berpotensi Melonjak Jika The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps di 2024

Selain itu, Lukman menuturkan bahwa investor juga merespon positif terhadap data perdagangan China, meski neraca dan ekspor lebih rendah dari perkiraan. Namun, impor yang lebih tinggi mencerminkan permintaan domestik yang lebih baik.

“Meski hari ini rupiah menguat tajam, tapi saya lihat penguat ini berpotensi berbalik terkoreksi oleh aksi pofit taking dengan absennya data ekonomi penting pada besok hari,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (7/8). 

Dengan ketidakpastian di pasar ekuitas atau saham yang volatile dan kekhawatiran resesi, Lukman pun memperkirakan rupiah akan berpotensi melemah di kisaran Rp 16.000 - Rp 16.150 per dolar AS, pada perdagangan Kamis (8/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari