KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) melaporkan kinerja operasional untuk sejumlah bisnis komoditas di sepanjang tahun 2023. Hasilnya, ANTM melaporkan kinerja yang beragam untuk tahun lalu. Tercatat, produksi dan penjualan sejumlah komoditas seperti bijih nikel, perak, bauksit, hingga alumina terpantau naik. Sementara produksi feronikel dan emas ANTM kompak turun. Dalam laporan kinerja yang dirilis di Bursa Efek Indonesia, Rabu (31/1), sepanjang tahun lalu ANTM memproduksi 13,44 juta wet metrik ton (wmt) bijih nikel. Realisasi ini naik 55,9% dari produksi bijih nikel di tahun 2022 yang hanya 8,62 juta wmt.
Corporate Secretary Antam Syarif Faisal mengatakan, pertumbuhan produksi bijih nikel ditujukan untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar domestik. Hal ini ditunjukkan dari penjualan bijih nikel ANTM yang juga naik 67,18% menjadi 11,71 juta wmt dari sebelumnya hanya 7,0 juta wmt. Adapun eksplorasi nikel ANTM pada tahun lalu dilakukan di Konawe Utara dan Pomalaa di Sulawesi Tengah, serta di Tanjung Buli, Maluku Utara.
Baca Juga: Volume Produksi dan Penjualan Emas Aneka Tambang (ANTM) Kompak Turun Tahun Lalu Untuk bauksit, ANTM memproduksi 2,01 juta wmt bauksit atau naik 21,9% dari produksi bauksit di periode 2022 yang hanya 1,65 juta wmt. Bauksit yang diproduksi adalah untuk keperluan smelter chemical grade alumina (CGA) di Tayan dan penjualan pihak ketiga. Bersamaan, volume penjualan bauksit juga naik 21% menjadi 1,50 juta dibandingkan pencapaian penjualan pada 2022 yang hanya 1,24 juta wmt. Produksi alumina ANTM juga naik 6% menjadi 160.940 ton, yang berasal dari CGA Tayan. Kenaikan produksi turut mendorong penjualan alumina, dimana ANTM mencatatkan penjualan 143.990 ton alumina atau naik 2% secara year-on-year (yoy). Namun, ANTM mencatat penurunan produksi dan penjualan sejumlah komoditasnya, salah satunya emas yang menjadi komoditas andalan. ANTM memproduksi 1.208 kg emas atau setara 38.838 oz sepanjang 2023. Jika dibandingkan dengan volume tahun 2022, produksi emas ANTM menurun 4,73%, di mana produksi pada 2022 mencapai 1.268 kg atau setara 40.767 ons troi. Namun, produksi ini berhasil mencapai target produksi emas ANTM di angka 1.167 kg atau 37.519 oz.
Pada 2023, kegiatan eksplorasi emas ANTM dilaksanakan di Pongkor, Jawa Barat. Di wilayah ini, kegiatan yang dilakukan yakni pengeboran bawah tanah (
underground drilling) dan pengeboran permukaan (surface drilling). Di periode yang sama, emiten pelat merah ini menjual 26.129 kg emas atau setara 840.067 oz emas. Realisasi ini menurun 25,27% dari penjualan emas di tahun 2022 yang mencapai 34.967 kg atau 1,12 juta ons troi. ANTM juga mencatat penurunan produksi dan penjualan produk feronikel. ANTM memproduksi 12.742 ton nikel dalam feronikel (TNi) sepanjang 2023. Realisasi ini menyusut 10,64% dari realisasi produksi feronikel di 2022 yang mencapai 24.334 TNi. ANTM menjual 20.138 TNi feronikel, menurun 12,68% secara YoY. Feronikel ini sepenuhnya diserap oleh pasar ekspor. Analis Phintraco Sekuritas Karina Rusfidyawati merekomendasikan
buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.292 per saham. Hal ini mengacu pada estimasi Phintraco Sekuritas yang memperkirakan nilai wajar alias
fair value ANTM saat ini senilai Rp 2.292 per saham, dengan ekspektasi
price to earnings (P/E) ratio 20,29 kali. Berdasarkan harga wajar tersebut, saham ANTM memiliki potensi upside sekitar 39,34%.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Pilihan untuk Emiten Nikel Penjualan ANTM tahun lalu diperkirakan turun sebesar 2,14%. Namun, pertumbuhan penjualan ANTM diprediksi akan kembali normal ke angka 12,23% pada 2027. Estimasi pertumbuhan ini masih relatif tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan pendapatan beberapa tahun terakhir. Penjualan ANTM didorong oleh potensi penambahan kapasitas produksi dan bauran produk baru. Pada perdagangan Rabu (31/1), saham ANTM ditutup melemah 0,96% ke level Rp 1.550 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari