KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) kejar target produksi dan penjualan batubara pada semester II-2024. ADRO menempuh strategi ini usai mengalami penurunan kinerja pada periode paruh pertama. Pendapatan usaha ADRO tergerus 14,40% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari US$ 3,47 miliar menjadi US$ 2,97 miliar. Sedangkan laba bersih ADRO menyusut 10,87% (YoY) dari US$ 873,83 juta menjadi US$ 778,77 juta hingga Juni 2024. Presiden Direktur & Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi "Boy" Thohir mengklaim, kinerja ADRO menunjukkan daya tahan di tengah tantangan kondisi harga batubara termal maupun metalurgi.
"Grup Adaro mampu menunjukkan resiliensi kinerja keuangan berkat keunggulan operasional dan efisiensi," ungkapnya dalam keterbukaan informasi, Selasa (27/8). ADRO memproduksi batubara sebanyak 35,74 juta ton, dengan volume penjualan sebesar 34,94 juta ton pada semester I-2024. Masing-masing mencerminkan kenaikan sekitar 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pasar dalam negeri mendominasi penjualan ADRO dengan porsi 26%. Sedangkan pasar ekspor ditujukan ke Asia Timur Laut (24%), Asia Tenggara (18%), China (18%), India (11%) dan lainnya (3%). Meski secara volume menanjak, namun terjadi koreksi pada harga jual rata-rata sekitar 19%.
Baca Juga: Laba Adaro (ADRO) Menyusut 10,87% Jadi US$ 778,77 Juta di Semester I-2024 Head of Corporate Communication Adaro Energy Indonesia Febriati Nadira masih optimis dengan prospek pertumbuhan ADRO. Terutama didukung oleh kenaikan permintaan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia, serta Asia Selatan. "Sebagian pelanggan kami telah memiliki kontrak jangka panjang dan kami fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan," kata Nadira, kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8). Dus, ADRO fokus untuk mencapai target penjualan batubara sekitar 65 juta - 67 juta ton. Meliputi 61 juta - 62 juta ton batubara termal, dan 4,9 juta - 5,4 juta ton batubara metalurgi dari anak usahanya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR). Nadira bilang, harga batubara tidak dapat diprediksi dan akan selalu berfluktuasi. Sehingga ADRO tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan. "Selain itu kami akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya," imbuh Nadira. Berbarengan dengan itu, ADRO melanjutkan langkah diversifikasi bisnis untuk meningkatkan kontribusi dari bidang non-batubara termal. ADRO menggarap sejumlah proyek mineral dan energi terbarukan.
ADRO menganggarkan belanja modal atawa
capital expenditure (capex) jumbo dengan estimasi US$ 600 juta - US$ 700 juta pada tahun 2024. Capex ini termasuk investasi ekuitas pada proyek-proyek terkait kawasan industri di Kalimantan Utara. Pada semester pertama, ADRO menyerap capex sebesar US$ 394 juta atau meningkat 46% (YoY). Capex ADRO terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan kapal, investasi awal pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, serta investasi pada infrastruktur. Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani melihat capaian laba bersih ADRO melampaui ekspektasi, sedangkan pendapatan sejalan dengan perkiraan. Hendriko mengamati margin laba kotor yang lebih tinggi seiring penurunan biaya royalti, biaya pemrosesan batubara serta hilangnya biaya mining service. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan emiten batubara masih memiliki ruang untuk memperbaiki kinerja. Dia menaksir indeks harga batubara global masih akan bergerak di kisaran US$ 135 - US$ 150 per ton pada semester II-2024. "Oleh karena itu, emiten-emiten batubara kami kira punya potensi lebih baik pada semester kedua, terutama pada kuartal III-2024 ini," kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Rabu (28/8). Founder Stocknow.id Hendra Wardana sepakat, prospek emiten batubara masih menarik di tengah tantangan fluktuasi harga komoditas. Secara valuasi, Hendra menilai ADRO masih relatif murah dengan fundamental yang kuat, meski mengalami penurunan laba.
Baca Juga: Proyek Ekspor Listrik MEDC & ADRO ke Singapura Masih Berjalan, tapi Mesti Penuhi TKDN "Meski tantangan makro ekonomi dan volatilitas harga komoditas bisa menjadi risiko, valuasi yang menarik dan potensi stabilitas di sektor batubara membuat saham ini tetap layak dipertimbangkan dalam portofolio. Terutama bagi investor yang memiliki profil risiko moderat hingga tinggi," terang Hendra. Secara teknikal, ADRO menunjukkan sinyal positif sehingga layak dicermati untuk
trading buy dengan target harga di Rp 3.990 per saham. Founder WH Project William Hartanto mengamini, pergerakan saham ADRO sedang uptrend secara teknikal. William menyematkan rekomendasi
buy ADRO dengan target harga Rp 3.700 - Rp 3.900 per saham. Sementara Miftahul menyarankan,
wait and see terlebih dulu untuk ADRO yang sudah memasuki area resistance trendline-nya. Pada Rabu (28/8) saham ADRO menguat 0,28% ke Rp 3.530 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari