KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek saham PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) diperberat dengan melemahnya harga komoditas nikel dan produk turunannya. Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, harga feronikel (FeNi) yang dalam tren menurun sejalan dengan melemahnya permintaan nikel dari China, seiring dengan kondisi Purchasing Managers’ Index (PMI) Caixin yang berada di level 49,7 pada Oktober 2023. Meski demikian, prospek emiten tambang pelat merah ini didukung oleh adanya peningkatan kapasitas produksi feronikel sebesar 13.500 ton dari pabrik pengolahan (smelter) Halmahera timur yang ditargetkan beroperasi semester I-2024.
Pada kuartal III-2023, ANTM telah melakukan tahapan proses
first metal tapping pada smelter FeNi Halmahera timur, sekaligus menjadi tahapan ketiga dari rangkaian
commissioning. Tahapan ini ditargetkan selesai pada akhir kuartal IV-2023, sehingga Felix menilai smelter FeNi Haltim belum dapat berkontribusi pada produksi feronikel di tahun ini.
Baca Juga: Simak Prediksi Kinerja Keuangan dan Rekomendasi Saham Mayora Indah (MYOR) Kinerja ANTM juga didukung kenaikan harga emas yang terpantik pelemahan nilai tukar dolar AS. Dalam kurun waktu beberapa pekan terakhir, harga emas global mengalami peningkatan dan menyentuh level tertinggi di US$ 2.100 per oz. Kenaikan harga emas ini ditopang oleh ekspektasi penurunan tingkat suku bunga Bank Sentral AS, yakni Federal Reserve (The Fed) oleh pelaku pasar pada paruh pertama 2024 mendatang. Felix menilai harga emas yang relatif tinggi, yakni di atas US$ 2.000 per oz menjadi faktor kunci terjaganya marjin ANTM. “Karena tingginya harga emas mendorong penjualan dari investor logam mulia atau
buyback dari ANTM untuk
taking profit yang menjadikan ANTM mengurangi pembelian bahan baku,” terang Felix. Felix merekomendasikan
buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.200 per saham. Selain didorong oleh
outlook positif harga emas dan peningkatan kapasitas produksi feronikel, prospek ANTM juga didukung oleh neraca yang solid. Ini terlihat dari
net gearing ANTM yang semakin menguat. Namun investor patut mencermati terkait perkembangan kasus hukum yang melibatkan ANTM dengan pengusaha Budi Said, penurunan harga nikel, serta terlambatnya perkembangan proyek smelter Haltim dan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah.
Baca Juga: Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham MTEL, Simak Ulasannya Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo menyematkan rekomendasi
hold saham ANTM dengan target harga Rp 1.750 per saham. Thomas memperkirakan pasar nikel akan tetap mengalami surplus setidaknya hingga tahun 2025. Kondisi ini terutama disebabkan oleh melimpahnya produk nikel asal Indonesia dan menjamurnya smelter nikel kelas I di China. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi