KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Astra International Tbk (
ASII) diperkirakan lebih baik di tahun 2024. Di mana, sektor otomotif diperkirakan masih menjadi pendorong kinerja ASII. Sepanjang 2023, Grup Astra merealisasikan penjualan mobil sebanyak 560.717 unit. Hasil ini lebih rendah 2,35% year on year (YoY) dibandingkan penjualan tahun sebelumnya yakni 574.198 unit. Meski begitu, CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo memproyeksikan potensi pertumbuhan penjualan mobil di 2024 relatif membaik dibandingkan 2023. Ini seiring dengan harapan pelonggaran moneter di tengah laju inflasi yang semakin terkendali di bawah 3%.
"Selain itu, indeks keyakinan konsumen Indonesia juga masih cukup optimistis, yakni 123,8 per Desember 2023," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (17/1). Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer juga berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih menjadi faktor terbesar tumbuhnya kinerja bisnis-bisnis ASII di 2024. Menurutnya, Astra memiliki berbagai segmen bisnis sehingga membuat Astra cukup dekat dengan pertumbuhan ekonomi serta kebijakan pemerintah ke depan. Baca Juga:
Kinerja ASII Diramal Bakal Cenderung Stagnan, Simak Rekomendasi Sahamnya Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja perseroan adalah kondisi global, termasuk situasi geopolitik yang dapat berdampak pada harga komoditas dan energi. "Meski sebagian besar harga komoditas sudah kembali turun tapi kami nilai hal ini tidak akan berdampak begitu signifikan," sebutnya. Miftahul menyebutkan, salah satu segmen yang berkontribusi cukup besar dari sisi pendapatan ASII yakni penjualan kendaraan roda empat. Menurutnya, dengan potensi pertumbuhan kelas menengah yang diperkirakan akan terus berlanjut, sehingga akan meningkatkan permintaan kendaraan. "Secara keseluruhan kami nilai dengan sentimen tersebut performa keuangan ASII tahun 2024 masih bisa mengalami pertumbuhan setidaknya 5%-8%," katanya. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menambahkan bahwa persaingan di sektor otomotif perlu diperhatikan. "Saat ini persaingan semakin sengit dengan pabrikan korea yang memberikan value lebih kepada masyarakat," tambahnya. Meski begitu, Nico optimis saham ASII masih prospektif dan merekomendasikan
buy dengan target harga Rp 7.000. Miftahul juga merekomendasikan buy ASII dengan target harga Rp 7.004.
Sementara Praska memberikan outlook netral untuk ASII dengan merekomendasi
buy on weakness dengan target harga Rp 5.925 per saham. "Segmen pertambangan dan alat berat yang didominasi dari komoditas berkontribusi sekitar 40%, sehingga penurunan harga cukup signifikan berpengaruh pada kinerja keuangan ASII, khususnya di pos pendapatan dan laba," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari