KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (
ARTO) mencatatkan kinerja solid berkat penyaluran pinjaman yang lebih tinggi dan membaiknya kualitas aset. Kedekatan Bank Jago dengan mitranya menjadi kunci pertumbuhan ARTO ke depan. ARTO melaporkan laba bersih kuartal kedua sebesar Rp 28 miliar yang bertumbuh 23% yoy dan 30% qoq, sehingga laba kumulatif selama semester pertama 2024 menjadi Rp50 miliar yang bertumbuh 23% yoy. Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano menilai, kinerja ARTO didukung oleh kualitas aset yang mengimbangi Net Interest Margin (NIM) atau Margin Bunga Bersih yang lebih rendah. Di mana, Biaya Pencadangan yang lebih rendah -56% yoy telah mendukung pertumbuhan laba bersih bank digital tersebut.
Di sisi lain, meskipun Biaya Dana atau Cost of Fund (CoF) kuat, NIM Bank Jago turun 330bps yoy menjadi 7,3% di semester I-2024. Perolehan ini terutama karena imbal hasil pinjaman yang lebih rendah karena bank mengurangi porsi syariah dari buku pinjamannya dan beralih ke pinjaman berkualitas lebih tinggi. “Kualitas aset terus menjadi prioritas utama ARTO,” ujar Victor dalam riset tertanggal 26 Juli 2024.
Baca Juga: Kinerja Bank Jago (ARTO) Akan Didukung Kemitraan & Paylater, Cek Rekomendasi Sahamnya Victor memaparkan bahwa Cost of Credit (CoC) ARTO tetap terkendali pada level 1,7% di kuartal kedua 2024 dibandingkan 1,5% pada kuartal pertama 2024 dan 4,7% pada kuartal kedua 2023. Hasil ini karena porsi Syariah dari biaya kredit (CoC) tidak signifikan, dan juga kualitas aset membaik seperti yang ditunjukkan oleh penurunan Non Performing Loan (NPL) menjadi 0,4% di kuartal kedua 2024 dengan Loan at Risk (LAR) di 3,3%. Adapun pinjaman ARTO tumbuh 40% yoy menjadi Rp15,7 triliun di semester I-2024, lebih tinggi dari pertumbuhan 30% yoy yang diharapkan sebelumnya. Manajemen ARTO menegaskan kembali tujuannya untuk fokus pada kualitas dan merasa nyaman dengan pertumbuhan pinjaman melambat ke kisaran 30-35% di tahun 2024. Pinjaman terhadap GoTo Financial (GTF) saat ini berada pada sekitar Rp3,1 triliun dari sebelumnya Rp1,7 triliun pada Desember 2023, yang merupakan 80% dari buku pinjaman GTF. Secara total dari 10 juta nasabah Bank Jago tercatat sekitar 37% adalah pengguna GOTO, atau setara 10-12% dari total pengguna GOTO. Selain itu, ARTO bersedia meningkatkan porsi kas Buy Now Pay Later (BNPL) menjadi sekitar 60% dari 40% saat ini di masa mendatang. Hal ini sebagian besar akan didukung oleh pinjaman langsung di masa mendatang. Untuk diketahui, simpanan ARTO naik 12% qoq menjadi Rp14,8 triliun per Juni 2024. Pengamat dan Praktisi Pasar Modal Agus Pramono melihat, ARTO sudah melewati Break Even Point (BEP) atau titik impas karena didukung oleh pertumbuhan pinjaman yang solid mencapai Rp 15.67 triliun hingga kuartal kedua 2024. Di samping itu, ARTO juga didukung oleh pulihnya kualitas aset. Kemitraan dengan GOTO juga memperluas cakupan nasabah dari Bank Jago. Tercatat, manajemen ARTO mengatakan sekitar 35-37% digital customer mereka merupakan hasil mitra dengan GOTO.
Menurut Agus, pertumbuhan pinjaman ARTO masih akan sejalan dengan tren di industri perbankan. Namun tantangan bagi Bank Jago alias ARTO adalah bagaimana mengembangkan bisnis pinjamannya menjadi lebih besar (scale up) secara digital. Ke depan, adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan akan berdampak positif ke semua perusahaan bank, tak terkecuali ARTO. Walaupun saat ini kalau kita lihat gearing ARTO masih di sekitar 1.9x dengan Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 50%. “Penurunan suku bunga akan memberikan sentimen positif buat ARTO,” kata Agus saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/8). Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, Rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yang turun menjadi salah satu hal yang patut diapresiasi bagi ARTO. Hal ini memberikan gambaran bahwa ARTO semakin efisien dalam menjalankan bisnisnya. Pertumbuhan penyaluran kredit dengan diikuti pula kualitas aset yang membaik seiring NPL turun juga merupakan pertanda positif bagi ARTO. Dimana pinjaman ARTO tumbuh sekitar 40% yoy di semester pertama 2024, dengan NPL mampu dijaga hingga level 0.01%. Nico berujar, sejauh ini memang kelebihan ARTO adalah mampu melakukan penetrasi pasar dengan cepat karena pada dasarnya yang memang Bank Digital mampu bergerak secepat online. Selain itu, fitur yang melimpah menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk dapat memanfaatkan layanan Bank Jago.
Baca Juga: Bank Digital Berlomba Optimalkan Ekosistem, Begini Rekomendasi Analis Meskipun ARTO sebagai Bank Digital, namun ekosistem ARTO bersama GOTO dapat menciptakan
branding image yang baik. Sehingga, masyarakat dapat dengan mudah meningkatkan kepercayaan untuk menggunakan Bank Jago (ARTO).
“Sejauh ini kami melihat bahwa integrasi keduanya antara GOTO dengan ARTO semakin menunjukkan perbaikan, karena memang ini yang dinanti sangat lama oleh investor dimana awal awal sempat terlihat kesulitan dalam proses integrasi,” imbuh Nico kepada Kontan.co.id, Senin (26/8). Hanya saja, Nico belum merekomendasikan ARTO karena level harga saat ini sudah mendekati target, sehingga butuh pembaharuan. Per Senin (26/8), ARTO ditutup pada posisi Rp 2.890 per saham. Sementara itu, Victor mempertahankan rekomendasi
Buy dengan target harga sebesar Rp 3.800 per saham. Sedangkan, Agus menyarankan Buy untuk ARTO dengan target harga Rp 3.300 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari