KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kenaikan suku bunga yang berlanjut di 2023, kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI) diperkirakan tetap solid. Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian memperkirakan, net interest margin (NIM) alias margin bunga bersih akan relatif stabil dan
non-performing loan (NPL) tetap terjaga karena didukung kenaikan suku bunga yang akomodatif. Kebutuhan pendanaan juga masih terjaga sehingga kredit BMRI akan tetap tumbuh. Hal ini terefleksi dari Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Manufaktur di Indonesia yang relatif bertahan di atas level 50.
Kondisi likuiditas BMRI juga relatif aman. Hal itu terlihat dari rasio
loan to deposit rate (LDR) yang sebesar 85,2% atau naik 1,55%
year on year (YoY) pada sembilan bulan 2022. Angka ini lebih besar dibandingkan LDR sektor perbankan sebesar 81,6% di semester 1 2022 dan masih berada di bawah batas maksimal LDR yang ditetapkan Bank Indonesia yakni 92%. Pada Januari-September 2022,
capital adequacy ratio (CAR) BMRI tercatat sebesar 18,9% atau 0,44% yoy, lebih kecil dibandingkan sektor perbankan sebesar 24,7% di semester 1 2022. "Akan tetapi, nilai CAR BMRI masih di atas standard minimum CAR perbankan sebesar 8% sehingga standard kecukupan modal BMRI masih cukup besar," tutur Rio saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (5/1). Dalam riset tanggal 12 Desember 2022, Analis Maybank Sekuritas Jeffrosenberg Chenlim memperkirakan, NIM BMRI akan lanjut meningkat, dari rata-rata 5,11% pada 2022 menjadi 5,31% pada 2023. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang diperkirakan tetap kuat hingga kuartal II-2023.
Baca Juga: Transaksi Remitansi Bank Mandiri (BMRI) Tumbuh Menggembirakan Sepanjang sembilan bulan pertama 2022, kredit BMRI naik 14,3% yoy menjadi Rp 1.167 triliun. Secara rinci, pertumbuhan kredit korporasi sebesar 12,2%, komersial 11,4%, UKM 14,1%, mikro 13,8%, konsumer 10,3%, dan pinjaman oleh anak perusahaan 22,1%. Pertumbuhan yang kuat dari anak perusahaan utamanya diatribusikan kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Mandiri Tunas Finance, dan Mandiri Taspen. Sampai dengan akhir 2022, pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini diperkirakan sebesar 12,7% yoy. "Ke depan, kami masih positif dengan pertumbuhan pinjaman meskipun akan sedikit moderat, yakni 11,3% pada 2023 dan 10,3% pada 2024," ucap Jeffrosenberg. Per September 2022, pertumbuhan saldo deposito BMRI mengungguli perusahaan lain dalam
peers, yakni sebesar 12,1 yoy. Hal ini membuat BMRI mempunyai likuiditas yang aman untuk ekspansi kredit di masa depan. Sejalan dengan kenaikan NIM dan kredit, Jeffrosenberg memprediksi, laba bersih BMRI dapat tumbuh 11,5% yoy menjadi Rp 45,15 triliun sepanjang tahun 2023. BMRI juga akan menawarkan
yield dividen yang tinggi, yakni 5% pada 2023 dan 5,4% pada 2024.
Berdasarkan riset bulan Desember 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri melihat, profitabilitas BMRI akan tetap solid pada 2023. Laba bersih sepanjang tahun depan diperkirakan dapat meningkat 13,2% yoy menjadi Rp 45,4 triliun. Faktor pendorongnya adalah kredit yang diprediksi tumbuh 8,6% yoy, NIM yang lebih tinggi yakni sebesar 5,4%, pertumbuhan biaya operasional sebesar 6,4% yang menghasilkan
cost income ratio (CIR) yang lebih rendah sebesar 40,8%, dan biaya kredit yang turun sedikit menjadi 130 bps. Simpanan CASA (
current account and saving account) akan menjadi fokus BMRI di tengah era suku bunga tinggi. Apalagi, BMRI mendapatkan
cost of fund (CoF) yang rendah, dengan memanfaatkan superapp-nya, yaitu Livin dan Kopra. Selain itu, BMRI akan terus secara selektif menawarkan deposito berjangka dengn sambil mendorong lebih banyak volume transaksi melalui aplikasi Livin dan Kopra. Secara keseluruhan, CoF campuran BMRI stagnan di 1,7% pada 2023. BMRI juga menekankan pergeseran fokus ke arah segmen ritel seperti komersial, UKM, mikro dan anak perusahaan. Bank Syariah Indonesia dan Bank Mantap merupakan dua kendaraan BMRI untuk mendorong segmen pendapatan yang lebih tinggi, khususnya kredit konsumer.
Baca Juga: Bank Mandiri Rilis Fitur Tarik Tunai dan Bayar QRIS dari Limit Kartu Kredit di Livin Selain itu, BMRI menargetkan segmen pendapatan yang lebih tinggi seperti komersial dan UKM melalui peminjam korporat yang ada dengan pendekatan rantai pasokan. Untuk mengurangi aset dengan kualitas yang lebih rendah kualitas, BMRI menerapkan proses
underwriting dan monitoring yang lebih ketat. "Secara keseluruhan, BRI Danareksa Sekuritas memprediksi kontribusi kredit yang lebih tinggi dari non-segmen korporasi sebesar 65,5% dari total pinjaman per Desember 2023," kata Eka.
Eka merekomendasikan
buy BMRI dengan target harga Rp 12.000 per saham. Lalu, Jeffrosenberg juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 11.100 per saham. Rio juga merekomendasikan
buy BMRI. Secara teknikal, indikator
stochastic RSI membentuk
goldencross, sejalan dengan pelebaran positif
slope MACD. Hal ini mengindikasikan potensi penguatan lanjutan selama bertahan di atas MA5 (Rp 9.945) dan MA20 (Rp 9.970). Rio menargetkan BMRI dapat mencapai Rp 11.000 dengan
stop loss Rp 9.775 hingga Rp 9.600. Per perdagangan Rabu (5/1), BMRI tercatat naik 0,75% ke level Rp 10.025 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari