KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya bahan baku tinggi menekan kinerja PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN). Peluang bagi bisnis CPIN di tahun ini bakal datang dari pemulihan harga ayam broiler dan Day old Chick (DOC), sementara margin pakan yang lebih lemah akan terlihat di kuartal II-2023. Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya tak menyangkal bahwa secara kuartalan kinerja CPIN memang membaik dibandingkan posisi rugi pada kuartal IV-2022. Pada kuartal I-2023, laba bersih CPIN kembali positif menjadi Rp 241 miliar atau berbalik dari rugi bersih sebesar Rp 257 pada kuartal IV-2022. Pendapatan CPIN juga meningkat sebesar 8,5% secara kuartalan alias
quartal on quartal (QoQ) menjadi Rp 14,6 triliun.
Hanya saja, kinerja Charoen Pokphand
drop secara tahunan. Laba bersih emiten perunggasan ini anjlok 79,8% YoY menjadi Rp 241 miliar pada kuartal I-2023, sementara pendapatan berhasil naik tipis 1,9% YoY menjadi Rp 14,6 triliun.
Baca Juga: Ciptadana Sekuritas Merevisi Rekomendasi Saham Charoen (CPIN) dari Buy Jadi Hold Cheril menilai, meskipun ada harapan kenaikan tingkat konsumsi masyarakat yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang naik tetapi biaya pengeluaran atau
operational expenditure (opex) meningkat akibat kenaikan bahan baku
soy bean meal (SBM) alias bungkil kedelai yang mencapai rekor level tertinggi pada kuartal pertama tahun ini. “Walaupun tengah musim panen, namun curah hujan tinggi bisa mengurangi hasil produksi,” kata Cheril kepada Kontan.co.id, Senin (8/5). Di sisi yang berbeda,
Equity Research Analyst Aldiracita Sekuritas Timothy Gracianov mengamati bahwa penurunan kinerja CPIN sebenarnya masih lebih baik ketimbang rekan-rekannya. Perusahaan mampu meminimalisir penurunan kinerja dari segmen anak ayam umur sehari alias Day Old Chick (DOC) dan berhasil meningkatkan margin usaha ayam broiler. Sementara itu, margin operasional segmen pakan CPIN tetap solid yang memberikan kontribusi terbesar di kuartal I-2023, walaupun tantangan kenaikan biaya bahan baku masih membayangi di kuartal kedua 2023. Dalam riset tertanggal 5 Mei 2023, Timothy menjelaskan bahwa CPIN membukukan penurunan yang lebih kecil pada margin kerugian operasi segmen DOC selama kuartal pertama tahun ini yang sebesar 280 bps secara QoQ menjadi -26,6%. Dengan demikian, CPIN membukukan kerugian operasional segmen DOC pada kuartal I-2023 sebesar Rp 344 miliar. Emiten perunggasan lainnya yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Malindo Feedmil Tbk (MAIN) masing-masing mencetak penurunan margin operasi segmen DOC sebesar 3.340 bps dan 5.950 bps. Charoen Pokphand mencatat penjualan bersih segmen DOC selama tiga bulan pertama tahun ini ke penjualan eksternal rata-rata Rp 295 miliar, sedangkan penjualan intersegmen turun 35,9% QoQ menjadi Rp 999 miliar. Menurut Timothy, margin operasi segmen anak ayam umur sehari yang tangguh kemungkinan disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk mempertahankan harga jual rata-rata atau
Average Selling Price (ASP) untuk diteruskan ke pihak eksternal dan mengurangi volume penjualan DOC internal guna mendukung segmen lainnya.
Baca Juga: Prospek Emiten BUMN Konstruksi Masih Suram, Begini Rekomendasi Saham dari Analis “Kami berharap margin DOC pulih secara bertahap setelah pemulihan harga pasar ayam pedaging,” ungkap Timothy dalam risetnya. Timotny mengatakan, kerugian operasional segmen ayam broiler atau disebut juga ayam ras pedaging meningkat sebesar 69,3% QoQ menjadi Rp 283 miliar dengan kerugian margin operasi yang lebih kecil sekitar -3,4% pada kuartal pertama 2023. Namun kerugian operasional segmen ayam broiler hampir diikuti pula oleh rekan-rekan emiten perunggasan seiring harga pasar broiler. Segmen ayam broiler CPIN diharapkan mencatat laba operasi pada kuartal II-2023 setelah melihat harga broiler yang lebih tinggi selama musim Ramadan. Hal ini sesuai perkiraan setelah serangkaian penyesuaian produksi ayam secara intensif.
Segmen pakan CPIN nampaknya kini harus menjadi sorotan setelah capaian solid dalam menghadapi berbagai tantangan. Emiten berkode saham CPIN ini mencatat laba operasional pakan sebesar Rp 1,0 triliun atau tumbuh 1,6% QoQ pada kuartal pertama tahun ini dengan margin yang datar sebesar 8,5%. Capaian pertumbuhan tersebut dihasilkan dari estimasi perubahan yang tidak signifikan baik dari sisi harga jual pakan maupun biaya produksi pakan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun, harga jagung di dalam negeri yang mulai meningkat di bulan Maret dapat menyebabkan biaya produksi pakan yang lebih tinggi di kuartal kedua 2023 sehingga dapat menyempitkan margin pakan yang lebih rendah setelah beberapa penundaan karena menggunakan persediaan lama.
Kendati demikian, Aldiracita Sekuritas masih menunggu untuk musim panen raya jagung di kuartal kedua 2023 yang semestinya akan membalikkan harga jagung menjadi lebih murah. Timothy masih mempertahankan rekomendasi
buy pada CPIN dengan target harga tidak berubah sebesar Rp 5.900 karena performa selama kuartal pertama tahun ini dinilai masih tangguh. Sedangkan, Cheril menyarankan
hold untuk CPIN dengan target harga di Rp 4.800 per saham. Pada perdagangan hari ini, Senin (8/5) harga saham CPIN ditutup pada area Rp 4.680 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari