KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) akan bergerak
bearish (moderate) dengan level
support 6.860 dan
resistance 7.074 pada perdagangan Senin (20/6). Indeks saham di Asia pagi ini Senin (20/6) dibuka variatif (
mixed) dengan kecenderungan menguat tipis setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu juga berakhir
mixed namun mengalami penurunan selama tiga minggu beruntun. Sepanjang minggu lalu, DJIA terpangkas 4.79% dan S&P 500 jatuh 5,79%, terbesar sejak Maret 2020, dan NASDAQ menciut 4,78%.
Lebih lanjut, S&P 500 sudah anjlok sekitar 23% di tahun ini atau secara
year-to-date (ytd) dan sudah terkonfirmasi berada dalam wilayah
bear market sejak tanggal 3 Januari 2022. DJIA diyakini juga akan segera memasuki teritori
bear market. Baca Juga: IHSG Bakal Lebih Fluktuatif Jika Auto Reject Dikembalikan Simetris Investor merasa cemas melihat semakin besarnya peluang terjadi resesi ekonomi setelah bank sentral AS yakni Federal Reserve dan bank-bank sentral lainnya seperti Bank of England (BOE) dan Swiss National Bank (SNB) menaikkan suku bunga acuan pekan lalu untuk menjinakkan tingkat inflasi yang masih tinggi. Ditambah lagi, pekan lalu berbagai rilis data penting ekonomi AS untuk bulan Mei keluar di bawah ekspektasi, mulai dari Penjualan Ritel hingga Housing Starts. Pada hari Jumat, data memperlihatkan Industrial Production AS secara tak terduga hanya tumbuh 0,2% secara bulanan atau 5,8% secara tahunan di bulan Mei 2022, setelah sebelumnya tumbuh 1,4% secara bulanan dan 6.3% secara tahunan di bulan April. Ini memberi sinyal bahwa aktivitas ekonomi mulai mendingin. Ketakutan bahwa kenaikan suku bunga dapat memicu resesi juga terlihat di pasar obligasi, dimana imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 8 basis points (bps) menjadi 3,23% setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam 11 tahun, yakni 3,49% pada hari Selasa.
Baca Juga: IHSG Bakal Lebih Fluktuatif Jika Auto Reject Dikembalikan Simetris Di pasar komoditas, harga minyak mentah anjlok sekitar 6% pada hari Jumat, sehingga memutuskan rangkaian kenaikan selama 7 pekan beruntun, tertekan oleh ketakutan bahwa kenaikan suku bunga acuan di berbagai penjuru dunia dapat memicu terjadinya resesi dan mengurangi permintaan atas bahan energi, khususnya minyak mentah. Selain itu, nilai tukar mata uang US$ minggu lalu naik ke level tertinggi sejak Desember 2002 terhadap sejumlah mata uang utama lain di dunia. Hal ink membuat harga minyak mentah menjadi lebih mahal bagi para pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar AS. Fokus perhatian investor masih akan tertuju pada ketua Federal Reserve Jerome Powell yang dijadwalkan melakukan rapat dengar pendapat dengan komite Perbankan Senate (DPD) AS pada hari Rabu (22/6) waktu setempat.
Baca Juga: Investor Wait and See, IHSG Diprediksi Bergerak Fluktuatif Technical Recommendations INDF - Short term trend: Bullish
- Medium term trend: Bullish
- Entry price: Rp 6.775
- Target price 1 : Rp 7.000
- Target price 2 : Rp 7.175
- Stop loss: Rp 6.550
NICL - Short term trend: Bullish
- Medium term trend: Bullish
- Entry price: Rp 105
- Target price 1 : Rp 118
- Target price 2 : Rp 123
- Stop loss: Rp 93
Baca Juga: IHSG Berpotensi Koreksi, Intip Rekomendasi Saham BIRD, MIKA, TBIG untuk Senin (20/6) KKGI - Short term trend: Bullish
- Medium term trend: Bullish
- Entry price: Rp 520
- Target price 1 : Rp 574
- Target price 2 : Rp 612
- Stop loss: Rp 466
TCPI - Short term trend: Bullish
- Medium term trend: Bullish
- Entry price: Rp 1.0750- Rp10.775
- Target price 1 : Rp 11.250
- Target price 2 : Rp 11.600
- Stop loss: Rp 10.275
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati