KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga besi dan baja saat ini masih turun. Melansir Trading Economics, Minggu (11/3), harga baja turun 8,22% secara bulanan CNY 3.571 per ton dan baja HRC turun 3,86% secara bulanan ke US$ 860 per ton. Di sisi lain, harga besi juga turun 8,20% secara bulanan ke US$ 117,5 per ton.
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada melihat, pelemahan harga baja sebenarnya belum lama terjadi dan belum tentu langsung dibukukan dalam pembukuan para emiten.
Di sisi lain, perusahaan komoditas biasanya menggunakan harga kontrak berdasarkan jangka waktu tertentu dengan para pembeli.
Baca Juga: Permintaan Minyak Sawit Meningkat di Bulan Ramadan, Simak Rekomendasi Saham CPO Menurut Reza, penurunan harga komoditas lebih berdampak ke pasar secara keseluruhan dan belum berpengaruh banyak ke kinerja para emiten dalam jangka pendek. “Kecuali jika penurunan harga ini berlangsung lama, seperti yang terjadi kepada harga minyak kelapa sawit (
crude palm oil/CPO),” ujarnya kepada Kontan, Jumat (8/3). Kenaikan harga logam dasar ini akan sangat berdampak ke industri konstruksi, transportasi, otomotif, manufaktur, hingga rumah tangga. Salah satu sentimen pendorong kinerja emiten baja di tahun 2024 adalah peningkatan volume jual dari meningkatnya permintaan, baik itu dari properti, infrastruktur maupun kendaraan.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Emiten CPO Jelang Ramadan “Proyek IKN ini sedang digiatkan, sehingga diasumsikan permintaan untuk baja akan naik di tahun ini,” tuturnya.
Reza pun merekomendasikan
trading buy untuk GGRP, ISSP, dan CTBN dengan target harga masing-masing Rp 490 per saham, Rp 318 per saham, dan Rp 1.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi