Intip Rekomendasi Saham Emiten Big Cap Jagoan Analis Berikut Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deretan emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar per kuartal pertama 2023 tak banyak mengalami pergeseran. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih menduduki posisi puncak market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Merujuk statistik bulanan BEI per Maret 2023, BBCA memiliki market cap setara Rp 1.067,87 triliun. Ranking kedua emiten berkapitalisasi pasar jumbo (big caps) diisi oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan market cap senilai Rp 709,70 triliun.

Menyeruak di posisi ketiga ada PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Market cap emiten batubara milik konglomerat Low Tuck Kwong ini setara Rp 692,50 triliun. BYAN bahkan sempat mengangkat Low menjadi orang terkaya di Indonesia.


Sebagai catatan, per Desember 2022, BYAN memang sudah menjadi emiten dengan market cap terbesar ketiga di BEI. Namun, jika dibandingkan dengan Maret 2022, posisi BYAN pada saat itu masih ada di peringkat 10 dengan market cap senilai Rp 144,5 triliun.

Baca Juga: Penyaluran Kredit BNI (BBNI) Diramal Terus Tumbuh, Begini Rekomendasi Sahamnya

Selain tiga besar itu 10 besar emiten dengan market cap terbesar per Maret 2023 secara berurutan dihuni oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP).

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, mengamati pergerakan harga saham maupun kinerja emiten big caps umumnya sejalan dengan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pertumbuhan ekonomi. Rangking big caps bisa berubah saat terjadi rotasi sektoral.

"Ketika salah satu sektor sedang diuntungkan kondisi global seperti yang terjadi pada batubara, maka muncul emiten-emiten yang secara fundamental baik karena didukung kondisi saat itu," kata Roger kepada Kontan.co.id, Selasa (25/4).

Selain batubara pada tahun lalu, emiten-emiten teknologi dan bank digital sempat melejit ke papan atas emiten big caps. Hal itu terjadi ketika rotasi memoles kinerja sektor tersebut sekitar tahun 2020-2021.

Roger mengatakan, emiten yang mantap menghuni papan atas big caps adalah perusahaan dengan rekam jejak kinerja bisnis yang stabil. Seperti konsistensi yang ditunjukkan oleh empat bank terbesar BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI, serta TLKM dan ASII.

Rekomendasi Saham

Meski memiliki rekam jejak kinerja dan prospek bisnis yang apik, tapi Roger mengingatkan kenaikan harga saham big caps tidak akan sesignifikan saham lapis dua. Dus, saham-saham big caps umumnya lebih cocok sebagai pilihan investasi jangka panjang.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian memandang sepanjang tahun berjalan ini, saham-saham big caps relatif diuntungkan oleh volatilitas pasar yang cukup kencang. Di tengah volatilitas dan sentimen risk-off, investor cenderung mengoleksi saham big caps karena dianggap lebih aman.

"Selain itu, memang kinerja fundamental emiten big caps cukup positif. Dalam jangka pendek, di tengah volatilitas pasar yang masih cukup tinggi, saham-saham big caps masih menarik dikoleksi," ujar Fajar.

Baca Juga: Ekspansif, RHB Sekuritas Naikkan Target Harga Erajaya (ERAA)

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto, menimpali posisi market caps emiten tidak selalu berkaitan dengan nilai transaksi atau minat pasar terhadap sahamnya. Sentimen yang melingkupi saham pada momentum tertentu juga menjadi penentu.

Contohnya dalam beberapa waktu belakangan ini, pembagian dividen menjadi sentimen penggerak sebagian saham big caps.

"Sehingga mengalami kenaikan nilai transaksi. Sedangkan untuk saham yang belum atau tidak membagikan dividen, nilai transaksinya relatif lebih rendah," kata Wiliam.

Ketika ingin masuk ke saham bigc aps, William menyarankan untuk tetap mencermati tren. Terhadap saham-saham big caps ini, William merekomendasikan buy BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, dan UNVR. Kemudian wait and see untuk saham ASII dan BYAN.

 
BYAN Chart by TradingView

Editor: Tendi Mahadi