Intip Rekomendasi Saham Emiten LQ45 yang Telah Merilis Kinerja Kuartal I 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten yang tergabung dalam indeks LQ45 telah melaporkan hasil kinerja kuartal pertama 2022. Emiten berbasis tambang mendominasi emiten yang berkinerja ciamik sepanjang tiga bulan pertama 2022.

Ke depan, emiten tambang masing punya prospek menjanjikan. Analis Bahana Sekuritas Timothy Wijaya menilai, kondisi pasar batubara saat ini akan membuat harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) emiten batubara akan mencapai level tertingginya.

Tak hanya batubara, prospek komoditas nikel juga akan cukup solid. Selain dari pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), permintaan logam nikel juga datang dari industri baja anti karat atau stainless steel.


Baca Juga: Kinerja LQ45: Emiten Bank dan Tambang Moncer, Emiten Rokok Masih Tertekan

Sementara untuk emas, Timothy menyebut saat ini terdapat kekhawatiran dimana beberapa bank mulai menjual emas dan mengganti dengan dollar Amerika Serikat (AS). Ini karena mata uang negeri Paman Sam tersebut sedang mengalami penguatan yang cukup signifikan dengan adanya peningkatan suku bunga.

“Terlihat dari harga emas yang menurun dan juga US dollar index (DXY) yang terus naik. Harga emas kiranya bisa stabil di level US$ 1.850 per oz untuk tahun ini,” terang Timothy.

Di sisi lain, kinerja emiten barang konsumsi masih beragam. Emiten berbasis tembakau seperti PT HM Sampoerna Tbk (HSMP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada kuartal  pertama 2022.

Baca Juga: IHSG Melemah di Awal Perdagangan Senin (23/5), Sektor Teknologi Jadi Pemberat

Jika dilihat dari sisi pendapatan, HMSP mencatatkan kenaikan sebesar 11% YoY, ditopang oleh kenaikan volume penjualan sebesar 5,2% diikuti dengan kenaikan ASP. Sementara pendapatan GGRM masih terkontraksi ditekan oleh performa dari kedua segmennya, yaitu Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT).

Sementara itu, emiten barang konsumsi lainnya yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan kinerja yang prima. Laba bersih  UNVR berhasil naik 19,02% menjadi Rp 2,02 triliun pada kuartal pertama 2022.

Analis Ciptadana Sekuritas Putu Chantika Putri menilai, kinerja emiten rokok tahun ini memang masih akan tertekan dari sisi kinerja laba bersih, yang disebabkan oleh rata-rata kenaikan cukai rokok di tahun ini yang mencapai 12%. Walaupun secara industri, sebenarnya sektor rokok sudah menunjukkan tanda perbaikan, dimana volume penjualan secara industri naik sebesar 5,8% year-on-year (yoy) menjadi 75 miliar batang rokok.

“Untuk tahun ini, kami masih memprediksi akan berlanjut dengan adanya gap yang melebar antara tier I dan tier II,” terang Chantika, Minggu (22/5).

Baca Juga: Perekonomian Mulai Pulih, Investor Antusias Koleksi Saham Fundamental

Sedangkan untuk UNVR, mengingat adanya momentum perbaikan kondisi makroekonomi, Chantika memprediksi UNVR akan mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 4,8% atau mencapai Rp 41,4 triliun di tahun  ini.

Hanya saja, Chantika mengamini kenaikan harga bahan baku (raw material) menjadi tantangan tersendiri bagi semua emiten consumer goods. Hal ini bisa tercermin dari adanya penurunan margin. Namun, UNVR disebut memiliki strategi dengan terus melakukan cost efficiency dan meningkatkan ASP dalam menghadapi situasi ini.

"Sampai dengan semester pertama 2022, kami memprediksi harga komoditas memang masih akan tinggi dan akan menekan margin dari emiten consumer,” sambung dia.

Baca Juga: IPO PT Mandiri Mineral Perkasa Tbk (NPII), Pemegang Saham Sebelum IPO Menang Banyak

Ciptadana Sekuritas masih merekomendasikan beli saham GGRM dengan target harga Rp 34.500, hold saham HMSP dengan target harga Rp 1.000, dan beli saham UNVR  dengan target harga Rp 4.400. Sementara Timothy merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 16.800.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri merekomendasikan beli saham sejumlah emiten perbankan seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 10.700, beli saham PT Bank Mandiri (BMRI) dengan target harga Rp 9.500, beli PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan target harga Rp 2.500, dan hold saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga Rp7.800.

Saham BBNI menjadi pilihan utama atau top picks di sektor perbankan. BBNI dinilai punya valuasi yang menarik dengan prospek pertumbuhan laba yang kuat dan biaya kredit yang lebih rendah sebesar 230 basis points (bps). 

Asal tahu, lima emiten perbankan besar yang tergabung dalam LQ45, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), BBCA, BBNI, BMRI, dan BBTN, kompak mencatatkan pertumbuhan kinerja laba bersih hingga dua digit sepanjang kuartal pertama 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati