KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BFI Finance Indonesia Tbk atau BFIN pada Rabu (26/7) telah menerbitkan kinerja keuangan mereka di Semester I tahun 2023. BFIN berhasil mencatatkan kinerja positif dengan pertumbuhan laba sebesar 2,34% YoY dari Rp 828,9 miliar per Juni 2022 menjadi Rp 848,4 miliar per Juni 2023. Pertumbuhan laba ini didorong oleh nilai pembiayaan yang meningkat sebanyak 20,8% dari Rp 8,53 triliun pada Semester I tahun 2022, menjadi Rp 10,3 triliun pada semester I tahun 2023.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani melihat bahwa BFIN dapat menarik investor.
“Fundamentalnya juga kuat, di mana pertumbuhan labanya konsisten dan cukup tinggi,” ujar Arjun pada Kontan, Kamis (27/7).
Baca Juga: Rajawali Group Lepas Mayoritas Saham Golden Eagle (SMMT), Begini Rekomendasi Analis Arjun juga melihat bahwa valuasi BFIN undervalued. PER dan PBV-nya juga dicatatkan masih di bawah rata-rata emiten keuangan. “Ini juga bisa menjadi daya tarik investor,” tambah Arjun. Saham BFIN saat ini memang dalam
downtrend karena
profit taking setelah mencapai ATH dan
resistance levelnya. Kendati demikian, Arjun tetap merekomendasikan untuk membeli saham BFIN karena fundamental yang solid, valuasi yang menarik, dan prospek bisnis yang cukup kondusif. “Saya rekomendasi beli untuk saham BFIN dengan TP Rp 1.525 dengan harga
support Rp 1.220,” ujar Arjun. Arjun juga merekomendasikan jangka pendek untuk
trader, namun jika untuk investor Ia tetap lebih merekomendasikan untuk disimpan jangka panjang. Sama halnya dengan BFIN, Clipan Finance Indonesia atau CFIN juga Arjun sebutkan memiliki prospek yang bagus dan menjadi salah satu emiten
multifinance yang direkomendasikan. Terlebih di Semester I 2023 ini, CFIN berhasil menaikkan labanya sebanyak 6.344%. Kenaikan laba CFIN yang sangat tinggi tersebut didorong oleh pendapatan CFIN yang meningkat menjadi Rp 1,39 triliun di semester I tahun 2023, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 714,9 miliar. Angka tersebut berhasil menaikkan pendapatan sebanyak 95,37%. Namun, berbeda halnya dengan BFIN CFIN, Arjun menyebutkan bahwa para investor tidak merekomendasikan saham Woori Finance Indonesia atau BPFI karena sahamnya dianggap kurang likuid. Sejak beberapa bulan terakhir rata-rata volume transaksinya di bawah 100.000 lembar saham, dan sahamnya berada dalam fase
downtrend. “Padahal harga sahamnya murah, di bawah Rp 1.000,” ungkap Arjun.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Sarana Menara Nusantara (TOWR) yang Laba Tergerus Beban Bunga Arjun mengatakan jika sahamnya murah dan tidak likuid serta sedang dalam fase
downtrend sebaiknya untuk dihindari. Ia bahkan menyebutkan bahwa hal tersebut menjadi
red flag bagi investor maupun
trader. Sebagai informasi, dalam kinerja keuangan yang telah diterbitkan BPFI pada Senin (24/7), BPFI mencatat kenaikan laba sebesar 58,25% dari Rp 26,71 miliar per Juni 2022 menjadi Rp 42,27 miliar per Juni 2023.
Kenaikan laba ini disokong oleh pendapatan perusahaan yang meningkat sebanyak 25,27% YoY, dari Rp 134,18 miliar di semester I tahun 2022 menjadi Rp 168,09 miliar di semester I tahun 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi