KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6%. Ini adalah kali pertama suku bunga acuan BI kembali naik, setelah terakhir kali BI menaikkan suku bunga pada bulan Januari 2023. Analis Henan Putihrai Jono Syafei mengatakan, kenaikan suku bunga BI akan berdampak negatif terhadap kinerja emiten properti. "Kenaikan suku bunga BI berpotensi melemahkan daya beli masyarakat, karena mayoritas menggunakan KPR,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (19/10).
Technical Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan, kenaikan suku bunga BI ke 6% dianggap akan menjadi sentimen negatif untuk emiten di sektor ini.
Baca Juga: BOBA dan KMDS Akan Membagi Dividen Interim, Begini Rekomendasi Sahamnya “Sentimen negatif untuk emiten sektor properti di kuartal IV 2023 adalah masih tingginya tingkat suku bunga,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (19/10). Baik Jono maupun Andhika juga berpandangan kinerja emiten properti akan terkerek dari pendapatan berulang dan bisa tumbuh positif di kuartal IV 2024. Jono melihat, meningkatnya mobilitas masyarakat akan meningkatkan tingkat okupansi hotel dan mall. “Selain itu, pemilik mall akan lebih optimis dengan menaikkan harga sewanya,” tuturnya. Jono pun sependapat. Menurutnya, kunjungan mall akan meningkat di akhir tahun, mengingat banyak
tenant yang akan memberikan diskon. “Selain itu, dengan sudah masuk Indonesia ke era endemi, mobilitas masyarakat telah normal, sehingga tingkat kunjungan mall telah ramai kembali,” paparnya. Di sisi lain, Jono melihat Pemilu 2024 bisa menjadi sentimen positif bagi kinerja emiten sektor properti. “Pemilu 2024 mungkin dapat menjadi katalis positif, karena mungkin akan ada kegiatan rangkaian pemilu yang dapat memicu masyarakat untuk berbelanja,” paparnya.
Baca Juga: Anak Usaha Lautan Luas (LTLS) Dirikan Perusahaan Baru, Simak Rekomendasi Analis Sementara, Jono melihat, rangkaian Pemilu 2024, tidak akan banyak mempengaruhi sektor properti. Jono pun merekomendasikan beli untuk
SMRA dan
PWON dengan target harga masing-masing Rp 820 dan Rp 580 per saham.
Andhika merekomendasikan
buy on weakness untuk PWON dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 408 - Rp 450 dan Rp 494 - Rp 630 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi