KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) loyo karena harga minyak dunia turun. Normalisasi harga minyak berpotensi menciptakan margin yang lebih rendah. Analis Samuel Sekuritas Muhammad Farras Farhan mengungkapkan, segmen pembangkit listrik menjadi penyokong utama MEDC selama triwulan pertama tahun 2023. MEDC membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar US$ 558 juta atau naik 14% year on year (yoy) terutama didorong oleh bisnis pembangkit listrik yang melonjak 255% yoy menjadi Rp 111 juta pada kuartal I-2023.
Sementara itu, penjualan minyak dan gas (migas) turun menjadi US$ 393 juta atau turun 1.6%yoy akibat penurunan average selling price (ASP) minyak mentah.
Baca Juga: Harga Minyak Diperkirakan Terus Turun, Simak Prospek Saham Medco Energi (MEDC) Harga jual rata-rata alias ASP minyak mentah Medco Energi turun 22,3%yoy menjadi US$ 77.1 per barel, meskipun ada kenaikan produksi migas 29,9% yoy menjadi 165 mbopd. Alhasil, MEDC membukukan laba operasional sebesar US$ 178 juta yang merosot 10.9% yoy pada kuartal I-2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan margin segmen migas sebesar 53% atau setara penurunan 220 bps, serta kenaikan opex 29.9% yoy sebesar US$ 54 juta. Margin operasional MEDC turun menjadi 32%. Emiten migas tersebut membukukan EBITDA sebesar US$ 325 juta yang terpantau naik 3.8% yoy dengan perolehan laba bersih sekitar US$ 80 juta atau ambels 11.3% yoy. Menurut Farras, normalisasi harga minyak bakal menciptakan margin yang lebih rendah bagi MEDC. Karena itu, Medco Energi diyakini akan meraup pendapatan lebih besar dari bisnis gas, terutama dengan kontrak penjualan baru untuk blok Corridor dan kenaikan ASP yang pada akhirnya turut mendongkrak bisnis migas. Namun karena sifat bisnis migas yang memang memiliki margin rendah, Samuel Sekuritas tetap memangkas proyeksi margin menjadi 51%. Serta, menurunkan estimasi EBITDA dan laba bersih untuk MEDC masing-masing menjadi US$ 1.1 miliar dan US$ 314 juta pada tahun 2023. Selain itu, MEDC berpotensi mengalami penurunan margin dari bisnis pembangkit listriknya karena dimulainya proyek pengembangan Geothermal Ijen. “Revisi ini didukung oleh revisi proyeksi harga minyak kami,” tulis Farras dalam riset 29 Mei 2023.
Baca Juga: Kurs Dividen Medco Energi (MEDC) Sudah Ditetapkan, Berapa Besarnya? Farras mencermati harga minyak berpotensi stabil di tengah potensi pengurangan produksi. Penurunan harga minyak baru-baru ini dikarenakan melemahnya permintaan dari AS dan China, sehingga menyebabkan penurunan ASP MEDC menjadi hanya US$ 77 per barel di kuartal I-2023, dibandingkan US$ 100 per barel di kuartal I-2022.
Samuel Sekuritas memangkas proyeksi harga minyak Brent pada tahun 2023 menjadi US$ 80 per barel karena Arab Saudi dan OPEC+ mengisyaratkan bahwa ada potensi pemotongan produksi. Baru-baru ini, OPEC+ kembali memangkas produksi minyaknya sekitar 1,16 mmbopd, sehingga total pemotongan produksinya menjadi 3.66 mmbopd yang setara 3,7% dari permintaan minyak global. Harga minyak akan ternormalisasi, namun tetap tinggi karena didukung juga oleh penurunan persediaan minyak mentah AS yang diyakini akan berlanjut pada kuartal-kuartal mendatang. Tetapi, lemahnya permintaan dari China dan AS berpotensi menahan reli harga, sehingga mendorong Samnuel Sekuritas untuk memangkas proyeksi harga. Farras masih menunggu katalis positif bagi harga saham MEDC dari anak usahanya yaitu PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMNT) yang tengah bersiap melakukan penawaran perdana saham (IPO). Dengan demikian, MEDC masih direkomendasikan Buy pada target harga di Rp 1.600 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi