KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten IDX Transportasi & Logistik terpantau masih macet sejak awal tahun 2024. Melansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX Transportasi & Logistik turun 11,66% secara year to date (ytd). Kinerja ini lebih rendah dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 0,57% ytd. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, secara garis besar penurunan kinerja indeks ini karena penurunan raihan laba yang turun sebesar 124% per kuartal III 2024.
“Persaingan ketat, terutama dari pemain berbasis teknologi di industri logistik, juga menjadi tantangan besar bagi emiten konstituen IDXTRANS,” ujarnya kepada Kontan, Senin (25/11). Kinerja keuangan emiten di sektor ini selama sembilan bulan pertama 2024 juga bervariasi. SMDR menjadi salah satu emiten konstituen IDXTRANS yang berkinerja terbaik berkat strategi diversifikasi bisnis dan efisiensi operasional, terutama di segmen pengangkutan internasional.
ASSA Chart by TradingView Sebaliknya, BIRD menghadapi tekanan pada pendapatan akibat penurunan jumlah perjalanan harian, meskipun mereka mulai memanfaatkan teknologi untuk memperluas layanan. “ASSA juga mengalami penurunan kinerja karena melambatnya permintaan di segmen logistik e-commerce, meskipun mereka masih memiliki potensi dari layanan berbasis teknologi dan pengelolaan armada yang lebih efisien,” paparnya. Ke depan, sektor transportasi dan logistik memiliki peluang untuk bangkit, terutama jika pemulihan ekonomi global dan domestik berjalan sesuai harapan. Pengembangan infrastruktur transportasi oleh pemerintah dan digitalisasi logistik di Indonesia juga bisa menjadi katalis positif. Emiten, seperti SMDR, diperkirakan tetap unggul dengan optimalisasi rute internasionalnya. Sementara, ASSA memiliki peluang bangkit jika mampu memanfaatkan momentum pemulihan di sektor e-commerce. Baca Juga: Pasar Global Pro Energi Hijau, Cermati Efeknya ke Saham Penghuni IDX Sri Kehati “BIRD pun dapat memanfaatkan perbaikan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dari perjalanan harian,” tuturnya. Hendra merekomendasikan buy on weakness untuk BIRD di level Rp 1.980 per saham, dengan target harga Rp 2.200 per saham. Sentimennya didoron potensi peningkatan pendapatan di masa pemulihan ekonomi. Rekomendasi buy on weakness untuk ASSA di level Rp 700 per saham, dengan target harga Rp 780 per saham. Sentimennya didorong peluang dari bisnis logistik berbasis teknologi. Sementara itu, SMDR direkomendasikan trading buy dengan target harga Rp 302 per saham. Hal ini didorong fundamental emiten yang kuat dan prospek pertumbuhan yang solid di sektor pengangkutan kargo internasional. “Secara keseluruhan, meski saat ini tertekan, sektor ini memiliki potensi bangkit di kuartal IV 2024 hingga 2025, seiring dengan pemulihan ekonomi dan strategi adaptif para emiten,” katanya. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, saham pergerakan saham BIRD ada di level support Rp 1.980 per saham dan resistance Rp 2.200 per saham. “Tren sideways sejak bulan Oktober, dengan indikator MACD bearish divergence,” ujarnya kepada Kontan, Senin (25/11). William pun merekomendasikan wait and see untuk BIRD, karena berpotensi melemah sampai di level support. Sementara, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham BIRD berada di level support Rp 1.860 per saham dan resistance Rp 2.150 per saham. William pun merekomendasikan buy on weakness untuk BIRD dengan target harga di Rp 2.150 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Anna Suci Perwitasari