KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang tutup tahun 2023, ramai transaksi saham yang dilakukan oleh para pengendali maupun komisaris dan direksi emiten. Ada yang menjual, bahkan melepas seluruh kepemilikan, ada juga yang justru getol mengakumulasi. PT Indointernet Tbk (EDGE) menjadi contoh terhangat sejumlah pemegang saham signifikan yang melepas kepemilikan. Salah satunya ada tokoh terkemuka di sektor teknologi, Otto Toto Sugiri yang menjual 334,49 juta atau 16,56% sahamnya di EDGE. Otto tak sendiri, Han Arming Hanafia dan Bing Moniaga juga melepas saham EDGE. Sebelumnya, Han dan Bing masing-masing menggenggam 7,45% dan 6,44% atas EDGE. Di sisi yang lain, Digital Edge (Hongkong) LtD. memborong 666,68 juta dan mengokohkan diri sebagai pengendali EDGE.
Para bos di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terbilang rajin melakukan transaksi. Terbaru, ada William Tanuwijaya yang menjual 746,6 juta saham Seri A. Berbeda arah, sang Direktur Utama, Patrick Sugito Walujo justru getol memborong saham GOTO. Seperti yang dilakukannya pada 13 Desember 2023 mengakumulasi 56,18 juta saham Seri A.
Baca Juga: Cetak Lonjakan Laba Bersih, Simak Rekomendasi Saham Jasa Marga (JSMR) Pada pekan lalu, jajaran direksi dan komisaris PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) beramai-ramai memborong saham emiten plat merah tersebut. Sebelumnya, ada pengendali PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), yakni PT Arthakencana Rayatama dan Haryanto Adikoesoemo yang rajin mengakumulasi saham AKRA. Contoh lain pengendali dan
top management yang melakukan transaksi pada saham emiten di penghujung 2023 di antaranya ada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN), PT Multi Medika Internasional Tbk (MMIX), PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR), hingga PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). Pengamat Pasar Modal, Hans Kwee menilai transaksi jual atau beli saham oleh para pengendali maupun
top management emiten tidak berkaitan langsung dengan situasi pasar. Momentum transaksi maupun dampak terhadap pergerakan saham akan berbeda-beda pada setiap emiten. Meski biasanya, transaksi oleh para pengendali atau
top management memberikan sinyal kepada pasar. Ketika menambah kepemilikan, ada indikasi valuasi sedang menarik dan punya prospek kinerja yang apik. "Menjual, bisa sebaliknya. Tapi bisa juga penjualan karena para pihak ada keperluan pribadi," kata Hans kepada Kontan.co.id, Rabu (20/12).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sepakat, akumulasi oleh pengendali atau
top management relatif membawa dampak yang positif. Sebagai strategi investasi, mereka akan mengakumulasi ketika ada peluang di harga murah. "Juga memberikan pengharapan ketika harganya mengalami pelemahan, sehingga pelemahan tersebut dapat berhenti. Tapi tetap cermati dan korelasikan dengan fundamental dan potensi valuasi perusahaan," imbuh Nico. Pengamat dan Praktisi Pasar Modal Riska Afriani mengamini, transaksi yang dilakukan oleh para pengendali atau
top management akan memberikan sinyal bagi pasar. Alasannya, mereka tahu lebih mendalam mengenai kondisi perusahaan, termasuk prospek bisnis dan rencana ekspansinya ke depan.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham PTPP di Tengah Sentimen Negatif BUMN Karya "Mereka tahu arah (emiten) kemana, tahun depan mau seperti apa. Makannya percaya dengan memegang saham lebih banyak, sehingga mengakumulasi, itu tanda yang positif. Begitu juga sebaliknya," kata Riska.
Aksi Korporasi Lanjutan
Hanya saja, Riska menyarankan agar pelaku pasar juga cermat untuk mencerna informasi. Apakah transaksi yang dilakukan hanya sebagai strategi investasi pribadi, atau ada aksi korporasi lanjutan yang akan dilakukan emiten setelah itu. Satu hal yang disoroti Riska mengenai pelepasan saham milik pengendali. Menurutnya, aksi jual atau beli pengendali akan lebih memberikan sentimen terhadap prospek saham emiten. Dia pun mengingatkan agar investor lebih mencermati aksi dari para pengendali perusahaan.
Editor: Tendi Mahadi