KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5% - 5,25% mendorong selisih dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 50 bps. Selisih ini menjadi paling tipis sepanjang sejarah. Lantas, apakah menarik berinvestasi pada instrumen berbasis Dollar Amerika Serikat (AS)? Financial Planner & Crypto Enthusiast Aidil Akbar Madjid mengatakan, menarik atau tidak tergantung dari
yield dan
return on investment (ROI) yang diberikan. Selain itu, juga diimbangi dengan nilai tukar Dollar ke Rupiah dan kenaikannya.
Lanjutnya, rata-rata Dollar AS menguat antara 4%-6% per tahun, tapi kondisi sekarang Dollar melemah ke sekitar Rp 14.700-an atau turun sekitar 5% dari rata-rata Dollar di Rp 15.500.
Baca Juga: Selisih Suku Bunga Menipis, Investasi Aset Dollar AS Dinilai Kurang Menggiurkan "Jadinya sangat tergantung, apabila bunga obligasi AS masih 6% maka masih memberikan return," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (5/5). Berdasarkan yield, Aidil bilang pasti angkanya kecil. Ia mencotohkan deposito Dollar hanya nol koma sekian persen. Lalu, obligasi maksimal hanya 3% dan reksadana juga serupa. Aidil menerangkan, kondisi nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah saat ini bukan karena keperkasaan Rupiah. Melainkan karena pelemahan Dollar AS lantaran penurunannya terjadi di seluruh negara. Dia mencontohkan kembali, membandingkan global bond dengan SUN maka terlihat masih besaran Rupiah. "Tetapi kalau dihitung total return dengan penguatan Dollar, bisa jadi hampir sama atau lebih tinggi Dollar, tapi masalahnya dollar lagi melemah. Sehingga apabila berinvestasi berbasis Dollar untuk durasi jangka pendek, kesannya investasi pada produk mata uang Rupiah lebih tinggi," paparnya. Oleh sebab itu, ia menyarankan apabila ingin berinvestasi instrumen berbasis Dollar dilihat jangka waktunya. Dari beberapa produk investasi berbasis Dollar AS, Aidil menilai yang bisa dilihat saat ini hanya obligasi dan reksadana. CEO Finansialku Melvin Mumpuni juga menilai untuk jangka panjang, reksadana berbasis Dollar AS juga masih menarik untuk dilirik. Terlebih reksadana syariah yang berinvestasi di Asia seperti China. "Cukup menarik dalam jangka panjang, atau lebih dari 5 tahun," katanya.
Baca Juga: Rupiah Dalam Sepekan Tertekan Data Amerika Serikat yang Positif Namun, ia pun menyarankan investor untuk kembali melihat durasi investasinya. Sebab, masih akan ada fluktuasi, terlebih belum ada keputusan kenaikan pagu utang pemerintah AS. "Untuk simpan investasi, coba dipertimbangkan lagi dan sesuaikan dengan tujuan investasinya," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto