KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan di tanah air berharap revisit atau penyesuaian Taksonomi Hijau Indonesia (THI) yang saat ini tengah disusun oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat membantu perbankan dan sektor keuangan dalam mengidentifikasi kategori portofolio bisnis. Sehingga bank akan terbantu dalam memberikan pendanaan dan pembiayaan yang tepat. Sebagai informasi, Taksonomi Hijau adalah sistem klasifikasi, yang menetapkan daftar kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan, dengan kata lain klasifikasi berdasarkan kegiatan usaha yang mendukung upaya perlindungan lingkungan hidup dan mitigasi serta adaptasi perubahan iklim. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) atau Bank BRI misalnya, yang secara umum mendukung rencana penyesuaian THI yang memiliki tujuan untuk mendukung upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Corporate Secretary Bank BRI Aestika Oryza Gunarto menyampaikan OJK dalam merencanakan penyesuaian THI tersebut memang mempertimbangkan masukan dari industri perbankan. Bahkan sejak THI dirilis tahun 2022, OJK terus melakukan pengkajian dengan mempertimbangkan berbagai hal.
Baca Juga: Taksonomi Hijau & Fondasi Keuangan "Pertimbangannya selain masukan industri perbankan, juga ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance 2.0 yang dirilis Maret 2023, serta pertimbangan terkait kondisi dan kepentingan nasional Indonesia secara umumnya," kata Aestika kepada Kontan.co.id, Rabu (5/7). Lebih lanjut, BRI menilai dalam penyesuaian THI juga perlu mempertimbangkan integrasi standar internasional terkait lingkungkan, termasuk hal yang berkaitan dengan pengelolaan emisi karbon seperti
Science Based Targets Initiative (SBTi) dan
Partnership for Carbon Accounting Financials (PCAF). Sementara itu saat ditanya poin yang perlu dimasukkan dalam penyesuaian THI, Aestika bilang "BRI mendukung untuk dikembangkan ke arah Taksonomi Keuangan Berkelanjutan, sehingga dapat mendorong semua pihak untuk lebih fokus dalam penyelarasan kepada tujuan nasional, seperti SDGs, ENDC,
financial inclusion, dan lain sebagainya". BRI juga berharap penyesuaian THI dapat mengakomodir pelaku industri yang melakukan perubahan bisnis menuju kegiatan yang ramah lingkungan dan menunjang aspek keberlanjutan, dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi dan sosial di Indonesia. Sementara itu PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) atau BNI juga memberikan respon yang tidak jauh berbeda. Corporate Secretary Bank BNI Okki Rushartomo Budiprabowo menyampaikan, penyesuaian THI nantinya dapat membantu bank untuk memperkuat identifikasi atas kategori bisnis hijau nasabahnya. "Kami juga berharap penyesuaian Taksonomi Hijau Indonesia ini dapat mendorong pelaku usaha untuk bergerak lebih cepat dalam implementasi persyaratan lingkungan," kata Okki kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Transisi Energi, Perbankan Ikut Kebijakan Pemerintah dan Regulator Okki menyampaikan dalam penyusunan THI, pihaknya berharap OJK dapat mempertimbangkan cakupan atas penilaian, hal ini agar dapat mengakomodir aspek sosial dan
governance dari satu perusahaan. "Dengan mempertimbangkan cakupan atas penilaian tersebut, sehingga gambaran implementasi ESG atas satu perusahaan bisa komprehensif," terangnya. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan, penyesuaian THI secara keseluruhan akan disesuaikan menjadi Taksonomi Berkelanjutan Indonesia dengan mempertimbangkan kepentingan nasional,
Sustainable Development Goals (SDGs) termasuk aspek sosial. Begitu juga dengan pertimbangan kepentingan program-program pemerintah seperti transisi energi, hilirisasi, penyelarasan dengan inisiatif bursa karbon, serta perkembangan internasional. Hal tersebut masuk dalam ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance version 2 (ATSF v2). "Sebagai tindak lanjut atas UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), pengembangan THI juga akan mencakup konsep transition finance," kata Dian kepada Kontan. Dian menyampaikan hal ini akan mendorong pembiayaan terhadap kegiatan usaha yang melakukan peralihan atau transformasi dari kegiatan yang menghasilkan emisi karbon tinggi menuju pada kegiatan yang lebih ramah lingkungan. Konsep transition finance diharapkan dapat mendukung pembiayaan
coal-phasing out, yang telah dipertimbangkan pula dalam ATSF v2.
Baca Juga: Ini Hasil Joint Statement Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral ASEAN Fokus sektor yang akan dikembangkan dalam Taksonomi Keuangan Berkelanjutan sejalan dengan
Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia yaitu energi, limbah, Pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan, agrikultur, serta Industri dan Penggunaan Produk (IPPU). "Pengembangan kriteria teknis akan dilakukan secara bertahap per sektor. Fokus sektor pertama yang sedang dikembangkan pada tahun 2023 adalah sektor energi yang juga ditargetkan rampung akhir tahun ini," terang Dian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto