KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) melemah 0,72% dalam sepekan setelah ditutup di level 7.036,08 pada perdagangan Jumat (26/4). Melansir RTI, sepanjang pekan ini terjadi net sell asing sebesar Rp 4,84 triliun. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, IHSG mendapat tekanan dari sentimen inflasi dan data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang membuyarkan potensi penurunan suku bunga global.
Di sisi lain, pasar saham juga terpengaruh dengan adanya peningkatan tensi ketegangan geopolitik. Pada pekan depan, pelaku pasar dan investor menantikan pertemuan The Fed. “Pertemuan ini menjadi penentuan arah kebijakan The Fed selanjutnya,” kata Maximilianus kepada Kontan, Jumat (26/4).
Baca Juga: Setelah BI Rate Naik, Asing Terus Net Sell, Rupiah Melemah dan IHSG Terjun Selain itu, IHSG juga akan mendapat katalis dari dalam negeri dan global. Di mana dari domestik ada data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufacturing dan inflasi yang diproyeksikan naik secara
year on year (YoY). Adapun dari regional, terdapat rilis data China berupa PMI manufacturing diproyeksikan turun. Selain itu, pasar juga menanti data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) AS dan pertemuan The Fed yang digelar pada Kamis (2/5). Pasar juga menanti data Change in Nonfarm Payrolls yang diproyeksi turun, serta Unemployment rate AS yang diproyeksikan bakal sama. Dari kawasan Eropa, pasar saham menanti data Inflasi yang diproyeksi sama dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024. Sementara Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang menilai, IHSG bisa mendapat sentimen dari data National Bureau of Statistics (NBS) Manufacturing PMI bulan April yang akan rilis pada Selasa (30/4). Data ini, diharapkan mampu melanjutkan pertumbuhan pasca mengalami laju peningkatan paling tajam dalam 6 bulan terakhir menjadi 50,8 di Februari 2024. “Saat ini pemerintah Tiongkok memang tengah memacu pertumbuhan ekonominya,” kata Alrich kepada Kontan, Jumat (26/4). Sementara itu, di hari yang sama terdapat rilis Caixin Manufacturing PMI yang diharapkan mampu melanjutkan pertumbuhan aktivitas pabrik selama lima bulan berturut-turut. Pertumbuhan ini seiring dengan tingginya pesanan baru dari dalam dan luar negeri serta peningkatan aktivitas manufaktur dalam negeri. Dari sisi domestik, terdapat rilis data pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) kuartal I-2024 pada Senin (29/4). Pada kuartal IV-2023, data pertumbuhan FDI Indonesia naik tipis sebesar 5,3% YoY, sementara tiga kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar dua digit secara YoY.
Baca Juga: Saat IHSG Terpuruk, Saham-Saham Ini Banyak Dipungut Asing Sepekan Terakhir “Pertumbuhan FDI di kuartal I-2024 diharapkan akan tetap tumbuh meskipun terdapat uncertainty risk dari Pemilu 2024,” terang Alrich.
Selain itu, terdapat rilis data Inflasi bulan April pada Kamis (2/5) yang berpotensi berlanjutnya peningkatan inflasi seiring dengan momentum Idul Fitri. Sementara di bulan Maret 2024, realisasi inflasi mencapai 3,05% YoY atau menjadi level tertinggi sejak Agustus 2023. Alrich menilai, kenaikan tersebut seiring dengan momentum bulan Ramadan dan sebelum perayaan Idul Fitri. Hal ini ditandai dengan inflasi yang signifikan pada harga makanan. Alrich mencermati saham untuk perdagangan pekan depan, seperti saham
ANTM,
CPIN,
ICBP,
INCO,
KLBF,
MYOR, dan
TLKM. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari