KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen fastener dan komponen kendaraan bermotor, PT Garuda Metalindo Tbk (
BOLT), berusaha meningkatkan kembali kinerja keuangannya di tengah perlambatan industri otomotif nasional. Sebagaimana diketahui, penjualan BOLT menyusut 2,65% year on year (yoy) menjadi Rp 1,10 triliun hingga kuartal III-2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BOLT juga berkurang 37,35% yoy menjadi Rp 66,07 miliar. Direktur Garuda Metalindo Anthony Wijaya mengatakan, penurunan kinerja BOLT disebabkan oleh disrupsi rantai pasok yang sempat terjadi pada semester I-2022 yang menyebabkan produksi otomotif terhambat. Alhasil, produksi otomotif baru naik kembali ketika semester pertama tahun lalu.
BOLT juga terpapar penurunan penjualan mobil baru di Indonesia. Beruntung, langkah diversifikasi bisnis perusahaan di segmen komponen otomotif, industrial, alat berat, infrastruktur, elektronik, hingga penguatan ekspor dapat mengurangi risiko penurunan kinerja BOLT yang lebih dalam.
Baca Juga: Penjualan Mobil Nasional Diproyeksikan Tembus 1 Juta Unit pada 2025 "Khusus untuk kuartal III-2024, perusahaan sebenarnya mencatatkan pertumbuhan penjualan 19,6% quarter on quarter menjadi Rp 404 miliar," ujar dia, Rabu (6/11). Di tengah kondisi industri yang menantang, BOLT tetap optimistis mampu membukukan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif pada sisa tahun 2024. Dalam catatan Kontan, BOLT mengincar pertumbuhan penjualan minimal 6% pada tahun ini. Untuk itu, BOLT telah memperluas pangsa pasar ekspor dan produk lain di luar sektor otomotif. Contohnya adalah komponen industrial, alat berat, infrastruktur, dan elektronik. Manajemen BOLT juga fokus pada efisiensi biaya dan optimasi produksi untuk meningkatkan margin laba pada masa mendatang. "Kami tetap berkomitmen untuk mempertahankan target kinerja yang realistis, sambil terus meninjau potensi ekspansi pada sektor-sektor baru yang menjanjikan," ungkap Anthony. Dia juga menilai, langkah Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang memangkas proyeksi penjualan mobil nasional dari 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit pada 2024 akan berdampak secara tidak langsung terhadap BOLT. Sebab, produsen mobil diperkirakan akan menyesuaikan volume produksinya seiring permintaan yang lebih rendah di pasar. Pada akhirnya, hal ini akan mengurangi kebutuhan produsen terhadap komponen otomotif yang diproduksi BOLT.
Kembali lagi, antisipasi BOLT atas tantangan tersebut yakni dengan memperluas pasokan dan penjualan komponen ke sektor non-otomotif. Strategi ini memungkinkan BOLT untuk mengurangi risiko dari ketergantungan pada sektor otomotif dan mempertahankan kinerja di tengah penurunan permintaan di pasar mobil. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari