Intip strategi investasi saham ala Benny Tjokro



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memilih portofolio investasi menjadi hal yang penting. Jika salah pilih, bisa-bisa masuk ke instrumen yang salah. Bukan untung yang didapat, malah buntung.

Benny Tjokrosaputro, Direktur Utama PT Hanson International Tbk (MYRX) sekaligus praktisi pasar modal menyebut, standar investor dalam berinvestasi umumnya sama. Dia harus mengetahui fundamental perusahaan, price to earning (PE) ratio, price to book value (PBV), dan sisi prospek bisnisnya.

"Investor ada beberapa karakter. Kalau long term, seperti dana pensiun, life insurance, itu cocoknya dividen yield. Tapi ada investor yang cara berpikirnya cepat, sedikit risiko enggak apa-apa, asal sahamnya tumbuh," kata Benny di Jakarta, Senin (22/1).


Lanjutnya, di bursa selalu banyak isu dan gosip. Hal itu bisa dimanfaatkan investor untuk mengambil keputusan. Terlebih lagi, bagi yang investasi jangka pendek atau trading harian.

"Menurut saya lihat dulu isunya, ada isinya enggak. Kemudian lihat harganya, kalau masih di bawah, maka merem beli saja. Kenapa? karena kalau infonya enggak bener pun, harga enggak kemana-mana," kata Bentjok, sapaan akrab Benny.

Bila ternyata nanti saham itu tumbuh akibat isu tersebut, maka bisa untung. "Beli saja yang ada infonya, asal harga belum naik. Kalau dapat lotre, dan besoknya diborong orang, jadi untung," lanjutnya.

Benny menilai, indeks kini sudah mendekati puncak. Namun ternyata hal itu masih dipengaruhi sentimen lain yang bisa mendorong kenaikan. Diantaranya, ada efek positif juga dari pemangkasan pajak Amerika Serikat.

Menurutnya, orang Amerika menjadi lebih konsumtif, sehingga hal itu bisa mengerek pertumbuhan indusrti di negeri Paman Sam. Hal ini juga akan mempengaruhi pesanan di negara industri. "Industri dapat order banyak, mereka juga dapat banyak, termasuk Indonesia yang punya komoditas," paparnya.

Dalam jangka pendek, dia menilai, kenaikan akan mempengaruhi sektor komoditas seperti batubara yang mulai naik. Kemudian akan mengarah ke sektor lain seperti consumers good. "Ujung-ujungnya ke perbankan dan properti juga bagus," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini