KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) telah menyiapkan sejumlah agenda bisnis tahun ini. Dari sisi kinerja operasional, PGAS menargetkan kenaikan sejumlah lini operasional bisnis dari tahun lalu. Arief S. Handoko, Direktur Utama PGAS merinci, untuk bisnis gas trading, PGAS menargetkan penjualan 954 billion british thermal unit per day (BBTUD). Target ini naik dari realisasi volume
trading gas di tahun lalu sebesar 921 BBTUD. Tahun ini, PGAS mengincar kenaikan volume transmisi gas sebesar 6% menjadi 1.516 million standard cubic feet per day (MMSCFD). Sebagai perbandingan, realisasi transmisi gas tahun lalu sebesar 1.427 MMSCFD.
Baca Juga: Berpeluang Jadi Blue Chip, 4 Saham Ini Masuk Indeks LQ45, Cek Rekomendasi Analis Untuk Terminal Usage Agreement (TUA), PGAS menargetkan TUA di angka 50 BBTUD, naik 88% dari realisasi TUA di tahun lalu yang hanya 27 BBTUD. PGAS juga mengincar kenaikan volume regasifikasi sebanyak 11% menjadi 192 BBTUD dari sebelumnya 173 BBTUD. Di sisi volume LPG
processing, PGAS juga mengincar kenaikan 11% menjadi 44.000 ton dari sebelumnya 40.000 ton. Ada sejumlah asumsi yang digunakan PGAS tahun ini.
Pertama, pertumbuhan ekonomi diproyeksi di level 5,2%.
Kedua, tingkat inflasi berada di angka 2,8%.
Ketiga, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 15.000 per dolar AS. Keempat, harga minyak atau Indonesian Crude Price diasumsikan US$ 82 per barel
Baca Juga: PGN Teken MoU Pasokan LNG dari Karya Mineral Jaya (KMJ) Arief menjabarkan, ada sejumlah program dan strategi di tahun ini.
Pertama,
customer attachment dengan menggaet pelanggan komersial dan industri di wilayah Jawa dan Sumatera, termasuk tambahan pasokan dari Jambaran Tiung Biru (JTB).
Kedua, mengembangkan proyek gas perkotaan termasuk pengembangan jaringan gas kota, diantaranya untuk proyek ibu kota baru (IKN).
Ketiga, pengembangan biometana dan produk turunan gas, diantaranya produk terbarukan dan pasokan gas bumi untuk menunjang bisnis energi hijau Untuk menunjang kinerja tahun ini, PGAS mengalokasikan belanja modal alias
capital expenditure senilai US$ 361 juta, naik dari capex tahun lalu di angka US$ 261 juta. Sebanyak 63% digunakan untuk bisnis
downstream sementara sisanya yakni sebanyak 37% untuk bisnis
upstream.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Berpotensi Memanas Akibat Kian Melebarnya Konflik di Timur Tengah Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra menyematkan rating netral saham PGAS dengan target harga Rp 1.200 untuk 12 bulan ke depan. Target harga ini mencerminkan
price to earnings ratio (PE) 2024 sebesar 8,3 kali.
Saham emiten pelat merah ini memang memiliki valuasi yang murah, tetapi Inav menilai saat ini bukan waktu terbaik untuk masuk ke saham PGAS. “Kondisi
force majeure yang dihadapi baru-baru ini dapat menimbulkan tekanan dalam jangka pendek,” terang Inav. Ditambah, tidak adanya katalis baru untuk saham PGAS. Sehingga, pemeringkatan ulang terhadap saham PGAS tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Sementara analis CGS CIMB Sekuritas Bob Setiadi merekomendasikan
hold saham PGAS dengan target harga Rp 1,225 per saham. PGAS memiliki arus kas yang solid, yang diyakini memungkinkan PGAS melakukan
deleveraging utang Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati