KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten tambang batubara telah memasang target kinerja operasional produksinya tahun ini. Beberapa menaikkan target produksinya di tahun ini. Direktur Utama PT Harum Energy Tbk (
HRUM) Ray Antonio Gunara mengatakan, untuk tahun ini, HRUM menargetkan adanya peningkatan volume produksi batubara sekitar 35% dibandingkan tahun lalu. PT Indika Energy Tbk (
INDY) juga telah menetapkan target operasional tahun ini. Head of Corporate Communications Indika Energy Ricky Fernando mengatakan, pihaknya memasang target produksi sebesar 34 juta ton untuk Kideco Jaya Agung (Kideco) dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) sebesar 1,8 juta ton. Jika diakumulasi, jumlah produksi INDY tahun ini mencapai 35,8 juta ton tahun ini.
INDY pun menaruh harap terhadap prospek batubara. Ricky mengatakan, proyeksi pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dapat meningkatkan permintaan dan harga komoditas energi, termasuk batubara.
Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Pecah, Harga Komoditas Bisa Terus Naik PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) menargetkan untuk bisa memproduksi batubara sebesar 85 juta ton hingga 90 juta ton batubara tahun ini. Target tersebut lebih tinggi dari pada target tahun lalu sebesar 78 juta ton hingga 80 juta ton. PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) juga telah menetapkan panduan operasional untuk tahun 2022. Produksi batubara ditargetkan di rentang 58 juta ton sampai 60 juta ton dengan nisbah kupas 4,1 kali. Ini artinya, ADRO menaikkan target produksi batubara tahun ini. Sebagai gambaran, ADRO mencatat total produksi 52,70 juta ton pada tahun 2021, setara dengan penurunan 3% dari tahun 2020. Meski terkoreksi, realisasi ini masih sesuai target produksi yang ditetapkan, yakni 52 juta ton sampai 54 juta ton.
Baca Juga: Harga Komoditas Solid, Intip Rekomendasi Saham Tambang Batubara Financial Expert Ajaib Sekuritas Yazid Muamar menilai, strategi emiten pertambangan menggenjot produksi di tengah melonjaknya harga komoditas sangat tepat. Strategi ini diperkirakan membuat kinerja keuangan perusahaan akan meningkat, baik dari sisi pendapatan
(top line) maupun laba bersih
(bottom line). Terlebih, dampak kebijakan pemerintah yang sempat melarang ekspor batubara di awal tahun ini dinilai hanya sesaat dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja emiten tambang batubara. “Hal ini disebabkan adanya peningkatan harga jual batubara secara global setelah pelarangan tersebut, dengan kata lain ada kompensasi dari sisi harga meski ekspor sempat dihentikan,” kata Yazid saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/2).
Baca Juga: Menakar Arah Pergerakan IHSG di Tengah Memanasnya Konflik Rusia-Ukraina Secara umum, Yazid menilai harga saham emiten batubara relatif masih belum terlalu mahal. Beberapa saham batubara masih bisa dicermati oleh investor, sebut saja seperti PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) yang harganya masih di Rp 3.170 per saham. Namun, saham emiten pelat merah ini memiliki nilai wajar secara relatif di atas Rp 4.000 per saham. Saham tambang batubara lainnya yang perlu dicermati adalah ADRO. Harga ADRO saat ini di level Rp 2.480 dengan nilai wajar di atas Rp 2.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati