Intip Tips Berinvestasi ala Direktur Utama Clipan Finance (CFIN)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia investasi bukan menjadi hal yang baru bagi seorang Harjanto Tjitohardjojo. Pria yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) ini sudah belajar berinvestasi sejak kecil. Kala itu, Harjanto rajin menabung untuk belajar berinvestasi sejak dini.

Harjanto mulai serius menekuni dunia investasi sejak menjadi kepala cabang saat bekerja di PT Astra International Tbk (ASII). Harjanto mulai mencoba menanamkan uangnya di beberapa instrumen investasi seperti tabungan, deposito, hingga reksadana.

“Pengalaman dari situ, saya memilih portofolio yang cukup aman dan tidak menyita waktu. Saya memutuskan memilih deposito karena sejauh ini bisa mengimbangi dengan tingkat inflasi,” terang Harjanto saat ditemui KONTAN, Kamis (31/3). Harjanto mulai berfokus menanamkan dananya dalam bentuk deposito sejak 1996.

Pengalaman 11 tahun di industri jasa keuangan juga membuat Harjanto lebih nyaman berinvestasi di deposito. Dirinya cukup mengikuti tren suku bunga untuk mengatur portofolionya.

Jika tren suku bunga cenderung turun, maka deposito yang dia ambil adalah tenor panjang. Tetapi jika suku bunga cenderung dalam tren naik, Harjanto memilih deposito tenor pendek seperti tiga bulanan. Hal ini agar dirinya mendapat margin yang lebih optimal.

Baca Juga: Marak Influencer Investasi, BEI Tekankan Pentingnya Jadi Investor Cerdas

Harjanto menempatkan depositonya di bank BUKU II dan BUKU III. Alasannya, kedua kelas bank ini menawarkan tingkat bunga yang atraktif dan dapat bersaing dengan laju inflasi. “Meski demikian saya memantau setiap tahun laporan keuangan bank tersebut  supaya memastikan aspek  keamananan, terlepas dari adanya perlindungan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),” terang pria asal Jakarta ini.

Harjanto memilih tidak menempatkan depositonya di perbankan BUKU IV karena bunga yang ditawarkan tidak dapat mengimbangi inflasi. Harjanto juga tidak menempatkan dananya di perbankan BUKU I. Meski tingkat bunga yang ditawarkan relatif tinggi, aspek risiko dan keamanan menjadi pertimbangan. Bank BUKU I biasanya memiliki modal dasar yang minim.

Kemudian, LPS juga hanya menjamin sampai dengan tingkat bunga tertentu, sedangkan perbankan BUKU I terkadang menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi. “Berarti kelebihan bunga itu tidak dijamin oleh LPS dan berarti bisa saja terjadi sesuatu dengan dana yang saya simpan,” sambung dia.

Bukan berarti, Bank BUKU I tidak ada yang menarik. Hanya saja, dengan menimbang faktor kesibukan membuat Harjanto lebih nyaman menempatkan dananya di bank BUKU II dan BUKU III. “Sejauh ini, selama puluhan tahun aman,” kata Harjanto. Saat ini, sebanyak 80% portofolio investasi Harjanto berbentuk deposito.

Sedangkan 20% dari investasi Harjanto diletakkan di instrumen emas dan properti. Untuk properti, jenis instrumen yang dipilih Haryanto adalah unit apartemen dan tanah.

Dia membeberkan sejumlah tips untuk memilih investasi properti khususnya tanah. Yang pertama adalah dari segi lokasi. Selama ini, Harjanto selalu mengambil tanah di daerah perumahan. Sebab, aspek perizinan dan persuratan lebih jelas dan mudah. Biasanya, dalam jangka waktu satu hingga satu setengah tahun, tanah ini sudah menghasilkan cuan yang cukup lumayan.

Kedua dari segi luas. Hemat Harjanto, sebaiknya investor jangan membeli tanah dengan luas yang terlalu besar. Ukuran yang optimal bagi dia adalah tanah dengan luas di bawah 500 meter persegi. Ini karena tanah dengan luas tanah di bawah 500 meter persegi lebih gampang untuk dijual kembali.

“Karena kalau sudah di atas itu cukup susah untuk menjualnya,” terang ayah dua anak ini. Dalam menjual properti, Harjanto menggandeng pihak ketiga, baik melalui agen resmi dan terkadang lewat kolega.

Disiplin jadi kunci

Sedangkan, investasi emas sudah dia tekuni sejak awal merintis karier. Kala itu, harga emas masih di kisaran Rp 150.000 per gram. Keuntungan yang didapat Harjanto pun sudah cukup banyak karena emas saat ini sudah menyentuh Rp 1 juta per gram. Saat ini Harjanto masih rutin membeli emas, meski tidak sebegitu massif mengingat harganya yang sudah tinggi.

Harjanto tetap membuka diri menjajaki investasi di instrumen lain. Salah satu yang dia jajaki adalah deposito ke perbankan digital. Tingkat bunga yang ditawarkan relatif menarik karena perbankan digital memiliki biaya operasional atau opex yang rendah.

Dalam berinvestasi, disiplin dan konsisten adalah kunci. Harjanto biasanya menyisihkan sekitar 15% dari penghasilannya setiap bulan untuk diinvestasikan. “Karena investasi butuh dilatih. Jika tidak maka uang kita akan habis,” terang penggemar masakan nusantara ini.

Harjanto juga telah mewariskan gaya hidup berinvestasi kepada kedua anaknya sejak kecil. Karena sejatinya, selain untuk persiapan masa depan, berinvestasi adalah mengejar kedisiplinan agar gaya hidup menjadi lebih rapi dan teratur. Selain disiplin, pastikan uang yang dipakai untuk berinvestasi adalah uang menganggur alias dana dingin. Berinvestasi juga harus disesuaikan dengan tujuan finansial masing-masing individu.

Baca Juga: Manajer Investasi Ikut Berburu Saham Sektor Komoditas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat