JAKARTA. Meski persaingan di industri semen kian sengit, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) berani mengambil risiko. Emiten semen ini sedang mengkaji untuk menaikkan harga jual semen sekitar 6%-7% di 2012. Direktur INTP Nelson Borch mengatakan, langkah itu untuk mengkompensasi kenaikan harga energi. "Jika kita ingin menjaga margin dan struktur biaya yang sama, kita butuh kenaikan harga jual sekitar 6%-7%," kata Nelson, Selasa (8/5). Besaran rencana kenaikan harga semen INTP ini termasuk cukup tinggi. Beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan semen biasanya hanya menaikkan harga jual sekitar 3%-4%.
Helmi Therik, analis AAA Securities, mengatakan, rencana kenaikan harga tersebut akan membuat harga jual semen INTP lebih mahal dibandingkan para pesaing. Namun, kondisi tersebut tidak lantas berimbas negatif pada permintaan semen INTP. Soalnya, faktor penentu persaingan industri semen bukan terletak pada harga jual, melainkan dari sisi pasokan semen. INTP memiliki keunggulan dari sisi pasokan semen dibandingkan para pesaingnya. Jika merujuk pada data 2011, utilisasi produksi semen INTP masih sekitar 84,3%. Jumlah ini masih lebih baik ketimbang dua pesaingnya, yaitu PT Semen Gresik Tbk (SMGR) dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), yang sudah di atas 90%. Tingkat utilisasi yang lebih rendah membuat INTP cukup leluasa mengikuti pertumbuhan permintaan semen nasional di atas 15% per tahun. Di sisi lain, para pesaing INTP dinilai hanya mampu mengikuti pertumbuhan permintaan semen maksimal 10% per tahun. "Kalau lebih dari itu, permintaan akan lari ke INTP. Maka, harga jual yang sedikit lebih mahal tidak akan menjadi masalah besar," kata Helmi, Rabu (9/5). Kinerja bertumbuh Gifar Indra Sakti, analis Sucorinvest Central Gani, berpendapat, langkah serupa juga bakal diikuti oleh produsen semen lainnya. Ini lantaran kenaikan biaya energi, terutama batubara, juga terjadi di tiap perusahaan semen. Menurut Helmi, kenaikan harga jual kemungkinan hanya bisa mempertahankan level margin sama dengan tahun lalu. Sebagai informasi, margin bersih (net profit margin) INTP pada tahun lalu menurun jadi 26%, dari 29% pada 2010. Meski begitu, penjualan dan laba bersih INTP masih bisa bertumbuh seiring utilisasi yang masih rendah. Chandra S.Pasaribu, analis Danareksa Sekuritas, memprediksi, INTP bisa meraih penjualan Rp 16,25 triliun, naik 16,97% dari 2011 yang Rp 13,89 triliun.
Adapun, laba bersih INTP diperkirakan mencapai Rp 4,19 triliun. Proyeksi tersebut tumbuh 16,19% dari laba bersih 2011 yang Rp 3,6 triliun. Chandra dan Helmi merekomendasikan beli INTP dengan target harga masing-masing Rp 20.350 dan Rp 22.700 per saham. Target harga milik Helmi mencerminkan price to earning ratio (PER) 13,4 kali. "Ini termasuk harga diskon, PER rata-rata industri semen sekitar 15 kali-16 kali," kata Helmi. Sedang, Gifar merekomendasikan tahan INTP dengan target harga Rp 20.300 per saham. Rabu (9/5), INTP ditutup menguat 1,36% menjadi Rp 18.700 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie