JAKARTA. Demi menjaga keuntungannya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berusaha dengan menaikkan harga jual semennya. Sampai semester pertama, INTP telah meningkatkan harga jual sebanyak 3,5%. "Kenaikannya sudah empat kali," ucap Direktur Keuangan INTP Tju Lie Sukanto, Jumat, (8/8). Ia memaparkan bahwa INTP pertama kali menaikkan harga jual semen pada Desember 2013. Kemudian di 2014, kenaikannya dilakukan di Maret, Mei khusus penjualan luar Jawa, dan Juni. Tju Lie bilang, hal ini disebabkan oleh Tarif Dasar Listrik (TDL) yang meningkat 20% di tahun lalu. Selain itu, penggunaan mixer tak boleh lagi memakai bahan bakar bersubsidi, turut membebani perseroan. Ini pun menekan beban yang INTP tanggung. Biaya pokoknya meningkat 12,8% dari Rp 4,69 triliun ke posisi Rp 5,29 triliun. Di situ, biaya bahan bakar dan listrik meninggi 11,6% dan biaya bahan baku naik 11,4%. Lalu karena INTP tak bisa mengalihkan semua kenaikan biaya ke pasar, margin laba kotornya pun turun dari 47,4% ke posisi 44,3%. Ke depannya, Tju Lie mengaku bahwa belum berencana menaikkan harga jualnya lagi. Padahal, terdapat kenaikan biaya Tarif Dasar Listrik (TDL) senilai 13,2% setiap 3 bulan. Anak usaha Grup Salim ini masih akan melihat pertumbuhan penjualan semen di semester kedua. Ia bilang, bisa saja INTP mampu melewati tekanan biaya tersebut. Sepanjang semester satu, laba operasi INTP terlihat turun 7,7%. Meski begitu, laba bersih yang dikantungi masih bisa tumbuh 3,8% dari Rp 2,42 triliun ke posisi Rp 2,51 triliun. Tju Lie menyebut, kenaikan ini disebabkan oleh keuntungan bunga. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
INTP telah naikkan harga jual 3,5%
JAKARTA. Demi menjaga keuntungannya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berusaha dengan menaikkan harga jual semennya. Sampai semester pertama, INTP telah meningkatkan harga jual sebanyak 3,5%. "Kenaikannya sudah empat kali," ucap Direktur Keuangan INTP Tju Lie Sukanto, Jumat, (8/8). Ia memaparkan bahwa INTP pertama kali menaikkan harga jual semen pada Desember 2013. Kemudian di 2014, kenaikannya dilakukan di Maret, Mei khusus penjualan luar Jawa, dan Juni. Tju Lie bilang, hal ini disebabkan oleh Tarif Dasar Listrik (TDL) yang meningkat 20% di tahun lalu. Selain itu, penggunaan mixer tak boleh lagi memakai bahan bakar bersubsidi, turut membebani perseroan. Ini pun menekan beban yang INTP tanggung. Biaya pokoknya meningkat 12,8% dari Rp 4,69 triliun ke posisi Rp 5,29 triliun. Di situ, biaya bahan bakar dan listrik meninggi 11,6% dan biaya bahan baku naik 11,4%. Lalu karena INTP tak bisa mengalihkan semua kenaikan biaya ke pasar, margin laba kotornya pun turun dari 47,4% ke posisi 44,3%. Ke depannya, Tju Lie mengaku bahwa belum berencana menaikkan harga jualnya lagi. Padahal, terdapat kenaikan biaya Tarif Dasar Listrik (TDL) senilai 13,2% setiap 3 bulan. Anak usaha Grup Salim ini masih akan melihat pertumbuhan penjualan semen di semester kedua. Ia bilang, bisa saja INTP mampu melewati tekanan biaya tersebut. Sepanjang semester satu, laba operasi INTP terlihat turun 7,7%. Meski begitu, laba bersih yang dikantungi masih bisa tumbuh 3,8% dari Rp 2,42 triliun ke posisi Rp 2,51 triliun. Tju Lie menyebut, kenaikan ini disebabkan oleh keuntungan bunga. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News