Intraco menjual 700 unit alat berat hingga Agustus



JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk masih bisa bertahan dari tren melemahnya permintaan alat berat nasional. Hingga Agustus 2012, emiten berkode saham INTA ini mampu menjual 700 unit alat berat. Jumlah itu setara 46,67% dari target penjualan alat berat tahun ini sebanyak 1.500 unit.

Direktur Keuangan Intraco, Fred L Manibog, menuturkan, penjualan hingga Agustus sebenarnya masih sesuai target. Intraco menerapkan beberapa strategi untuk menyiasati penurunan permintaan, terutama dari industri batubara.

Perseroan, misalnya, fokus menggarap ceruk pasar tertentu (niche market) seperti segmen alat berat berkapasitas 40 ton ke atas. "Pasar kami memang kecil, tapi karena bermain di niche market, penjualannya jadi maksimal," kata Fred, belum lama ini.


Penjualan alat berat Intraco juga didukung kehadiran prinsipal baru asal China, Sinotruk. Alat berat ini mulai dipasarkan anak usaha Intraco, yaitu PT Intraco Penta Wahana (IPW), di tahun ini. Intraco langsung memacu penjualan Sinotruk ke beberapa wilayah seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tahun ini, Intraco menargetkan penjualan Sinotruk sebanyak 650 unit. "Kehadiran Sinotruk ikut mendongrak penjualan alat berat kami," jelas Fred.

Kehadiran Sinotruk menambah jajaran merek alat berat yang dipasarkan INTA. Sebelumnya, Intraco sudah memasarkan Volvo Construction Equipment (VEC), Ingersol Rand, Mahindra dan Bobcat.

Intraco memperkuat dua strategi tersebut dengan memperkuat jaringan distribusi dan pemasaran. Di 2012, Intraco membangun lima cabang penjualan baru di dua wilayah yang baru digarap yaitu Sulawesi dan Maluku. Sebelumnya Intraco baru memiliki dua kantor cabang penjualan di Sulawesi, yakni di Manado dan Makassar.

Rencana penambahan itu didasarkan prospek permintaan alat berat di sana semakin bagus. Hal ini ditopang sektor pertambangan terutama nikel yang mulai menggeliat.

Investasi pembangunan cabang baru cukup lumayan. Untuk membangun satu unit cabang penjualan, INTA mengeluarkan dana US$ 3 juta. Artinya, total investasi penambahan lima cabang sebesar US$ 15 juta yang ditutupi dari kas internal perusahaan.

Intraco juga tetap menggarap pasar tradisional yaitu Kalimantan. Saat ini, Intraco punya 31 cabang penjualan di wilayah strategis Kalimantan. Intraco tak berniat menambah cabang baru di Kalimantan. Strategi Intraco lebih membangun unit pendukung di tempat pertambangan. Nantinya, jika ada klien yang menggarap proyek besar, Intraco langsung membangun unit pendukung di tempat pertambangan klien tersebut.

Per 30 Juni 2012, pendapatan usaha Intraco tumbuh 22% year-on-year menjadi Rp 1,65 triliun. Namun laba bersih Intraco menyusut 46% menjadi Rp 33,32 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro