JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk memastikan menambah lini bisnis baru. Perusahaan yang selama ini tersohor bergerak di bisnis alat berat tersebut, berencana masuk bisnis pembangkit listrik. Intraco Penta akan mengawali debut perdana melalui proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Bengkulu. Pembangkit listrik tersebut memiliki kapasitas produksi setrum 2x100 megawatt (MW). Itu adalah bagian dari program megaproyek 35.000 MW yang dicanangkan oleh pemerintah. Lantaran terhitung baru dalam dunia bisnis pembangkit listrik, Intraco Penta memilih mencari kongsi. Melalui PT Inti Daya Perkasa, perusahaan ini memilih perusahaan BUMN China yakni Power Construction Corporation of China Ltd, sebagai mitra bisnis. Kedua perusahaan lantas membikin perusahaan patungan bernama PT Tenaga Listrik Bengkulu.
Sikap sadar diri sebagai pemain baru, juga terlihat dari komposisi saham Tenaga Listrik Bengkulu. Dalam perusahaan patungan itu, Intraco Penta hanya mengempit 30% saham saham. Sementara 70% saham selebihnya milik Power Construction. Direktur PT Intraco Penta Tbk Imam Liyanto bilang, komposisi saham tersebut masih bersifat sementara. Tanpa membeberkan lebih lanjut, dia bilang ada kemungkinan ke depan porsi saham Tenaga Listrik Bengkulu bakal berubah. Sejauh ini, tak ketahuan besaran investasi yang bakal Intraco Penta kucurkan. Yang pasti, total nilai investasi PLTU Bengkulu bakal mencapai US$ 360 juta. Meski sudah mengabarkan rencana kongsi, Intraco Penta tak serta-merta menggarap proyek pembangkit listrik perdana mereka. "Kami dapat proyek di Bengkulu, November 2016 mulai digarap," ujar Imam kepada KONTAN, Kamis (26/11). Target penggarapan proyek tersebut memakan waktu tiga tahun, atau hingga 2019. Nanti, Intraco Penta dan Power Construction akan mencari perusahaan lain sebagai kontraktor penggarap. Intraco Penta mengaku pilihan masuk bisnis pembangkit listrik adalah strategi jangka panjang. Perusahaan berkode INTA di Bursa Efek Indonesia tersebut mengaku, tak lagi bisa hanya mengandalkan bisnis alat berat. Meskipun, sejatinya bisnis alat berat mereka mencakup berbagai hal. Selama ini, Intraco Penta tidak hanya menjual alat berat. Perusahaan tersebut juga menangani perbaikan dan persewaan alat berat, penjualan suku cadang alat berat, serta menggarap bisnis pembiayaan alat berat. Alat berat kian berat Namun, belakangan ini performa aneka bisnis seputar alat berat sedang menghadapi tantangan berat. Bahkan, perusahaan tersebut harus rela membukukan kerugian karena beratnya kondisi bisnis seputar alat berat.
Sebagai contoh, pada kuartal III-2015, Intraco Penta merugi Rp 186,40 miliar pada kuartal III-2015. Padahal pada kuartal III-2014 sebelumnya, perusahaan tersebut masih mencatatkan keuntungan sekitar Rp 2,58 miliar. Salah satu pemicu kerugian tersebut adalah turunnya penjualan yang dicatatkan perusahaan alat berat ini. Keputusan Intraco Penta masuk ke bisnis pembangkit listrik tak lain adalah bagian dari strateginya keluar dari kerugian dan memperbaiki kinerja keuangannya. "Agak sulit kalau hanya mengandalkan penjualan alat berat saja," aku Imam. Manajemen Intraco Penta tidak menyebutkan target kontribusi bisnis pembangkit listrik ke depan. Imam optimistis bisnis baru ini bisa mengangkat kinerja keuangan perusahaan itu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan