KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penyedia alat berat, PT Intraco Penta Tbk (
INTA) menatap sisa tahun 2023 dengan sikap optimistis. Pihaknya meyakini laju bisnis di paruh kedua ini tetap bertumbuh positif seperti periode sebelumnya. Corporate Secretary Intraco Penta Astri Duhita Sari mengatakan, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dicanangkan untuk tahun 2023, INTA menargetkan angka pendapatan sebesar Rp 1,2 triliun sampai tutup tahun nanti. “Kami tetap agresif untuk mengejar target seperti itu di tengah harga batubara yang menurun,” ungkap Astri, kepada Kontan.co.id, Rabu (13/9).
Sebagai gambaran, selama periode enam bulan pertama 2023, INTA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 416,69 miliar. Jumlah ini naik 24,62% year on year (yoy) dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 334,35 miliar.
Baca Juga: Intraco Penta (INTA) Ramaikan Mining Expo 2023 Secara rinci, pendapatan INTA dikontribusi dari penjualan alat-alat berat senilai Rp 283,10 miliar dan juga berasal dari penjualan suku cadang senilai Rp 81,44 miliar. INTA memproyeksikan, kinerja di semester kedua tahun ini akan bertumbuh jika dibandingkan semester kedua tahun sebelumnya. Demi mencapai target tersebut, INTA akan merambah segmen pasar baru sambil tetap agresif mengejar pertumbuhan di sektor pertambangan, seperti komoditas batubara, nikel, dan emas. Untuk diketahui, mayoritas pelanggan INTA memang masih berasal dari sektor pertambangan. Astri tak memerinci detailnya, namun sektor ini diklaim masih mendominasi penjualan alat berat INTA. “Sektor mining seperti batubara, nikel dan emas masih tetap berkontribusi paling signifikan dibandingkan dengan sektor lain seperti HTI dan konstruksi,” tuturnya. INTA juga memproyeksikan alat berat asal Cina kelak akan mendominasi pasar alat berat di Indonesia. Sebab, alat berat ini memiliki karakteristik khusus, seperti menawarkan
owning and operating cost yang murah.
Adapun, saat ini porsi penjualan alat berat merek Cina telah mendominasi penjualan INTA. Porsinya mencapai lebih dari 60% dari total penjualan alat berat perseroan. “Principal besar kami mostly dari China, seperti Liugong dan Techking,” tandasnya.
Per semester I-2023, INTA membukukan kerugian bersih senilai Rp 44,15 miliar atau naik dari kerugian di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 40,15 miliar. Sekedar informasi, INTA telah menyiapkan belanja modal alias
capital expenditure (capex) sebesar Rp 84 miliar untuk tahun ini. Sebagian besar belanja modal akan dialokasikan untuk pembelian alat berat dan peremajaan
rental fleet serta pengembangan
software enterprise resource planning (ERP) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari