JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (
INTA) segera menerbitkan surat utang jangka menengah atau
medium term notes (MTN) demi menambal kebutuhan pendanaan pada tahun ini. Emiten penjaja alat berat ini akan merilis MTN senilai Rp 200 miliar. "Jangka waktu pinjamannya selama dua hingga tiga tahun," kata Direktur Keuangan INTA Fred L. Manabong kepada KONTAN, kemarin (17/7). Dia berharap dana hasil MTN sudah mengucur bulan ini. Tapi Fred enggan membeberkan identitas calon pembeli surat utang itu.
Yang pasti INTA akan menggunakan dana segar tersebut untuk mengembangkan anak usahanya, yakni PT Intan Baruprana Finance (IBF). IBF bergerak di bidang pembiayaan alat berat. INTA memilih MTN sebagai sumber pembiayaan karena lebih murah ketimbang obligasi. Bila menerbitkan obligasi, maka INTA harus membayar bunga premium setiap periode. Apalagi, obligasi memiliki jangka waktu lebih panjang. "Dari sisi prosedural, menerbitkan MTN juga lebih menguntungkan," imbuh Fred. Utang bertambah INTA sejatinya mengalokasikan belanja modal atau
capital expenditure (capex) pada tahun ini senilai US$ 40 juta. Dana ini akan dipakai untuk mengembangkan seluruh anak usahanya. Hingga semester pertama tahun ini, capex yang telah dipakai sekitar US$ 30 juta. Antara lain digunakan untuk membeli alat berat baru. Semua dana capex itu mengucur ke anak usahanya. "Tidak ada untuk induk usaha, karena tidak berencana akuisisi," ungkap Fred. Kinerja INTA sepanjang paruh pertama tahun ini cukup bagus. Penjualan alat beratnya mencapai 750.00 unit, atau melonjak 150% dibandingkan penjualan alat berat di semester pertama tahun lalu yang sebanyak 300.000 unit. Dus, manajemen INTA optimistis kinerja keuangan sepanjang tahun ini bisa tumbuh 10%. Penopang pertumbuhan masih berasal dari penjualan alat berat.
Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada menilai, langkah INTA menerbitkan MTN sudah tepat. Pasalnya, nilai surat utang itu tidak terlampau besar, sehingga jatuh temponya tidak lama. "Salah satu keunggulan MTN adalah waktunya lebih pendek," katanya. Tapi Reza mengingatkan tumpukan utang INTA kian bertambah. Hingga akhir tahun lalu, total kewajiban INTA mencapai Rp 1,2 triliun. Meski demikian, bisnis INTA terbilang lengkap dan bisa menjadi daya tarik. "INTA tidak hanya dalam penjualan dan penyewaan alat berat, tetapi juga pembiayaan dan consulting," ujar Reza. Dia memprediksi harga saham INTA akan bergerak di kisaran Rp 890 hingga Rp 820 per saham dalam jangka menengah. Harga INTA Jumat lalu melompat 4,11% menjadi Rp 760 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can