JAKARTA. Tahun ini, sepertinya capaian pendapatan PT Intraco Penta Tbk akan sama seperti tahun lalu. Meski nilainya akan sama, namun pendapatan tahun ini akan lebih baik. Pasalnya tahun lalu, mereka sempat merugi akibat kurs. Imam Lyanto, Investor Relation emiten berkode saham INTA ini, mengatakan pendapatan INTA terdiri dari jual beli alat berat dan sparepart, service alat berat, sewa alat berat, leasing, dan lain-lain. Adapun total pendapatan INTA tahun lalu adalah sebesar Rp 2,57 triliun. Pos pendapatan terbesar berasal dari jual beli alat berat dan sparepartsnya dengan nilai Rp 2,04 triliun. Tahun lalu pihaknya menjual 1.039 unit, turun 21,27% dari 2012 yang sebesar 1.260 unit. Penjualan alat berat INTA sebesar 60% ke sektor pertambangan. Selain itu 10% ke sektor infrastruktur, agribisnis 5%, oil and gas 3%, transportasi 2%, dan sisanya ke sektor-sektor lain. Dari pos service alat berat, pihaknya berhasil meraih Rp 134 miliar. Sementara itu dari pos sewa alat berat sebesar Rp 168 miliar. Adapun leasing menyumbang pendapatan sebesar Rp 172 miliar, sisanya dari pos lain-lain. Untuk tahun ini portofolio penjualan sektor kurang lebih masih akan sama. "Meski tambang agak lesu, tapi tak bisa dipungkiri klien kami paling besar di sana. Sambil berusaha memperkuat penjualan ke sektor lain," ujar Imam pada KONTAN, Kamis (3/4). Pada 2013, INTA mencatat rugi sebesar Rp 242 miliar akibat kurs sebesar Rp 363 miliar. "Terjadi pelemahan kurs rupiah sehingga membengkakkan pos hutang kami. Padahal jika tidak terkena imbas kurs, perusahaan masih bisa menuai laba bersih Rp 126 miliar," terang Imam.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Intraco Penta targetkan pendapatan Rp 2,57 triliun
JAKARTA. Tahun ini, sepertinya capaian pendapatan PT Intraco Penta Tbk akan sama seperti tahun lalu. Meski nilainya akan sama, namun pendapatan tahun ini akan lebih baik. Pasalnya tahun lalu, mereka sempat merugi akibat kurs. Imam Lyanto, Investor Relation emiten berkode saham INTA ini, mengatakan pendapatan INTA terdiri dari jual beli alat berat dan sparepart, service alat berat, sewa alat berat, leasing, dan lain-lain. Adapun total pendapatan INTA tahun lalu adalah sebesar Rp 2,57 triliun. Pos pendapatan terbesar berasal dari jual beli alat berat dan sparepartsnya dengan nilai Rp 2,04 triliun. Tahun lalu pihaknya menjual 1.039 unit, turun 21,27% dari 2012 yang sebesar 1.260 unit. Penjualan alat berat INTA sebesar 60% ke sektor pertambangan. Selain itu 10% ke sektor infrastruktur, agribisnis 5%, oil and gas 3%, transportasi 2%, dan sisanya ke sektor-sektor lain. Dari pos service alat berat, pihaknya berhasil meraih Rp 134 miliar. Sementara itu dari pos sewa alat berat sebesar Rp 168 miliar. Adapun leasing menyumbang pendapatan sebesar Rp 172 miliar, sisanya dari pos lain-lain. Untuk tahun ini portofolio penjualan sektor kurang lebih masih akan sama. "Meski tambang agak lesu, tapi tak bisa dipungkiri klien kami paling besar di sana. Sambil berusaha memperkuat penjualan ke sektor lain," ujar Imam pada KONTAN, Kamis (3/4). Pada 2013, INTA mencatat rugi sebesar Rp 242 miliar akibat kurs sebesar Rp 363 miliar. "Terjadi pelemahan kurs rupiah sehingga membengkakkan pos hutang kami. Padahal jika tidak terkena imbas kurs, perusahaan masih bisa menuai laba bersih Rp 126 miliar," terang Imam.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News