Invasi Hari ke-9: Pasukan Rusia Rebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ukraina



KONTAN.CO.ID - Pasukan Rusia merebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia setelah menyerangnya pada Jumat dini hari (4/3), membakar fasilitas pelatihan lima lantai yang berdekatan, pihak berwenang Ukraina mengatakan.

Mengutip Reuters, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan dalam sebuah tweet, pihak berwenang Ukraina telah memberi tahu mereka bahwa kebakaran di kompleks pembangkit nuklir terbesar di Eropa tersebut tidak memengaruhi peralatan "penting".

Park Jong-woon, profesor di Departemen Energi dan Teknik Listrik Universitas Dongguk, Korea Selatan, menyebutkan, dia tidak berpikir ada ancaman radiologi langsung, tetapi Rusia bisa mengganggu akses publik ke data radiasi.


"Mereka bisa membuat orang bertanya-tanya, menakuti mereka, dan menyebarkan ketakutan," kata Park, yang pernah bekerja di perusahaan listrik milik Pemerintah Korea Selatan pada 1996-2009 dan membantu membangun reaktor nuklir, kepada Reuters.

Api di PLTN Zaporizhzhia berhasil dipadamkan tapi menimbulkan "keprihatinan yang sangat nyata" tentang potensi bencana, Edwin Lyman, Direktur Keselamatan Tenaga Nuklir Union of Concerned Scientists di Washington DC, AS, mengungkapkan.

Baca Juga: Duta Besar AS untuk Indonesia: Kami akan Batasi, Hambat, dan Lemahkan Kemampuan Rusia

"Misalnya, prospek kebakaran yang meluas, meskipun tampaknya tidak demikian, bisa melumpuhkan sistem kelistrikan pembangkit dan menyebabkan peristiwa yang sangat mirip dengan Fukushima jika pendinginan tidak dipulihkan tepat waktu," ujarnya kepada Reuters.

Secara lebih luas, para ahli menyatakan kekhawatiran tentang akses ke data real time untuk mengukur situasi radiasi di lapangan. Situs resmi untuk pembacaan radiasi di PLTN Zaporizhzhia tidak segera bisa diakses pada Jumat sore, ungkap Lyman.

Sejak pengambilalihan Chernobyl oleh pasukan Rusia pekan lalu, lokasi bencana nuklir terburuk di dunia dan sekarang pembangkit listrik yang mati, pemantauan tingkat radiasi di sana menjadi lebih sulit, menurut Kenji Nanba, yang mengepalai Institut Radioaktivitas Lingkungan Universitas Fukushima, Jepang.

Dia mengatakan, situs resmi Ukraina dengan pengukuran radiasi per jam dari zona eksklusi Chernobyl telah down selama berhari-hari, danlaman lain secara bertahap kehilangan sebagian besar pembacaan real-time.

Meskipun reaktor Chernobyl stabil dan tertutup di bawah struktur penahanan baru yang besar, Nanba bilang, masih penting bagi para peneliti seperti dirinya untuk melacak data radiasi di lokasi untuk memastikan tidak ada perubahan mendadak.

Editor: S.S. Kurniawan