KONTAN.CO.ID - Inversio uteri atau rahim terbalik adalah komplikasi pasca-persalinan yang jarang terjadi namun dapat mengancam jiwa. Inversio uteri paling sering terjadi ketika plasenta gagal terlepas dari rahim setelah melahirkan. Dirangkum dari laman National Library of Medicine, penyebab inversio uteri adalah kondisi ketika fundus uteri jatuh ke dalam rongga endometrium dan dapat turun ke serviks atau di luar serviks. Kondisi ini terjadi ketika bagian rahim atau uterus yang bernama fundus, yang seharusnya berada di bagian atas dekat dada, jadi terbalik menghadap bawah ke arah vagina.
Jenis inversio uteri pasca-persalinan
Dirangkum dari laman Poltekkes Jogja, berikut adalah jenis inversio uteri pasca-persalinan berdasarkan waktu: 1. Inversio uteri akut Inversio uteri akut adalah inversio uteri yang terdiagnosa dalam 24 jam setelah persalinan, dapat dengan atau tanpa penyempitan serviks. Baca Juga: Kemenkes Bocorkan Khasiat Kunyit bagi Tubuh, Salah Satunya untuk Stabilkan Gula Darah 2. Inversio uteri subakut Inversio uteri subakut adalah inversio uteri yang terdiagnosa lebih dari 24 jam namun kurang dari 4 minggu setelah persalinan; selalu disertai dengan penyempitan serviks. 3. Inversio uteri kronis Inversio uteri kronis adalah inversio uteri yang telah terjadi selama 4 minggu atau lebih. Baca Juga: 5 Khasiat Daun Jarak untuk Kesehatan dan Cara Merebus DaunnyaGejala inversio uteri
Beberapa gejala inversio uteri antara lain adalah:- Syok karena kesakitan
- Perdarahan banyak bergumpal
- Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat
- Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.
Penanganan inversio uteri
Penanganan inversio uteri antara lain:- Penanganan nyeri
- Resusitasi
- Penggantian uterus inversi sebelum terjadi edema