KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) masih mengalami inverted yield curve pada pasar obligasi US Treasury. Kondisi tersebut diprediksi bisa memberikan dampak positif terhadap pasar obligasi Indonesia. Sebagai informasi, inverted yield curve adalah kondisi di mana imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun lebih besar dibandingkan yield obligasi negara AS tenor 10 tahun. Melansir Trading Economics, Minggu (2/4) pukul 13.25 WIB, yield US Treasury tenor 2 tahun saat ini berada di 4,04%. Sementara, yield US Treasury tenor 10 tahun sebesar 3,47%.
Kedua tenor itu juga mengalami penurunan yield dalam sebulan terakhir. Yield US Treasury tenor 2 tahun turun 0,85% MoM dan yield US Treasury tenor 10 tahun turun 0,5% MoM. Head of Investment Fixed Income Maybank Asset Management Zaki Aulia mengatakan, inverted yield curve AS yang semakin melebar saat ini menunjukkan bahwa investor mulai mengharapkan terjadinya penurunan tingkat suku bunga di masa depan. “Terutama, hal itu terlihat dari yield tenor 10 tahun yang semakin menurun saat ini,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (31/3).
Baca Juga: Alami Inverted Yield Curve, Ini Dampaknya ke Pasar Obligasi Dalam Negeri Zaki melihat, dalam waktu dekat, menurunnya yield US Treasury tenor jangka panjang dapat memberikan dampak yang cukup baik bagi pasar obligasi Indonesia. Kondisi itu dapat memicu terjadinya inflow ke pasar obligasi domestik. Hal tersebut bahkan sudah terlihat sejak awal tahun 2023 ini. Sebab, inverted yield curve AS dapat mempengaruhi tingkat yield obligasi dengan tenor sejenis sesuai dengan yang diharapkan investor. “Investor dapat mengharapkan yield yang lebih tinggi untuk tenor pendek dan yield yang lebih rendah untuk tenor yang lebih panjang,” ungkapnya. Dengan kondisi seperti ini, kata Zaki, pasar obligasi Indonesia memiliki potensi cukup menjanjikan. Hal itu diiringi dengan data ekonomi domestik yang relatif baik, seperti GDP, inflasi yang terkendali, maupun surplus perdagangan yang konsisten. “Sehingga, inverted yield curve di AS dapat menarik investor asing dan investor domestik untuk kembali masuk ke obligasi pemerintah Indonesia," kata Zaki.
Zaki menyarankan, investor dapat mengambil strategi untuk mulai menambah porsi obligasi pemerintah di tenor 5 tahun dan 10 tahun. “Sebab, seiring inflasi yang sedang dalam tren menurun dan BI yang terlihat sudah selesai menaikkan suku bunga, dalam jangka panjang investasi di obligasi pemerintah memiliki potensi return yang cukup baik,” tuturnya.
Baca Juga: Kinerja Indeks Kompas100 Lebih Tinggi dari IHSG, Cek Rekomendasi Sahamnya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat