Invest SEA Dukung Pembangunan Berkelanjutan dan Iklusif Memajukan Kabupaten Natuna



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Invest SEA sebagai organisasi nirlaba yang memiliki tujuan untuk mendorong investor mengembangkan usaha yang berkelanjutan melalui pertumbuhan ekonomi hijau dan kondisi kerja yang adil mengadakan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengeksplorasi strategi dalam memaksimalkan sumber daya alam, sumber daya manusia, ekowisata, dan perikanan di wilayah Kepulauan Natuna.

Menyadari pentingnya pendekatan kolaboratif, kegiatan yang diselenggarakan di kantor Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) ini menjadi wadah bagi para narasumber dan peserta untuk bertukar pikiran, mengidentifikasi tantangan, dan mengusulkan solusi inovatif dalam memanfaatkan peluang-peluang ini secara berkelanjutan. 

Diskusi ini mempertemukan para pemangku kepentingan utama dari berbagai institusi, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), KPPOD, serta Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna.


Baca Juga: Persaingan Bisnis Keuangan Digital Bakal Makin Sengit Usai Merger Gojek-Tokopedia

Juru Bicara Kementrian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Wahyu Muryadi, mengatakan, Natuna berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 yang merupakan wilayah penting karena memiliki letak strategis yang memberikan keuntungan politis, sumber daya alam yang memerlukan kerjasama dan investasi, serta kekayaan sumber daya ikan yang menjadi target kapal asing.

Kepulauan Natuna memiliki potensi yang besar untuk pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. "Dalam proses mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan memfasilitasi pertumbuhan sektor ekonomi di wilayah tersebut, diperlukan infrastruktur yang memadai sehingga investasi menjadi komponen yang sangat penting," ujarnya dalam siaran pers, Sabtu (17/6). 

Anggawira selaku Tim Ahli Komite Investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal, menambahkan, salah satu tantangan utama yang dihadapi Natuna adalah kurangnya pembangunan infrastruktur yang memadai, termasuk kondisi jalan yang masih perlu diperbaiki serta sistem transportasi yang belum sepenuhnya terhubung dengan baik. 

"Infrastruktur yang kurang berkembang ini dapat menjadi hambatan dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh Natuna dan menghambat kualitas hidup masyarakat.” ujar 

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, angka wisatawan yang berkunjung ke Natuna tergolong masih rendah, dimana pada tahun 2022 angka tersebut hanya naik 34% dari tahun sebelumnya. 

Kepulauan Natuna kaya akan Sumber Daya Alam khususnya di sektor pariwisata sehingga diperlukan penyiapan dari sisi promosi, SDM yang andal, dan menyiapkan masyarakat secara budaya untuk mendukung pengembangan industri ini.

Baca Juga: Blak-Blakan dengan Pandu Sjahrir, Bicara IPO Startup Hingga Berburu di Private Market

“Tercatat hingga tahun lalu, hanya ada 57 wisatawan yang berkunjung ke Natuna dan biasanya periode kunjungan tersebut hanya berjalan dalam waktu singkat. Maka dari itu perlu dukungan dari berbagai pihak untuk dapat mewujudkan Natuna sebagai salah satu tujuan utama destinasi wisata di Indonesia.” Eko Listiyanto, selaku Executive Director Center of Macroeconomics and Finance of INDEF menambahkan.

Dengan kondisi Kepulauan Natuna yang sebagian besar terdiri dari lautan (sekitar 80%) dan hanya memiliki sekitar 20% wilayah daratan, penting bagi pemerintah pusat untuk memberikan perhatian yang cukup agar Natuna tidak terjebak dalam kategori "3T" (terluar, tertinggal, dan terdepan). 

Editor: Noverius Laoli