KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Baru saja memasuki awal 2019, pasar modal Tanah Air sudah dihadapkan pada beberapa sentimen eksternal yang berisiko menekan indeks bursa. Sehingga, peluang terjadinya volatilitas di pasar bursa masih memungkinkan terlihat di Januari. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, ketidakpastian global pertama datang dari penantian pasar menunggu keputusan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell di Federal Open Market Commite (FOMC) di akhir Januari. "Kita lihat Powell akan berhati hati untuk menaikkan suku bunga acuannya, dan ini menjadi hal yang ditunggu pasar. Biarpun sedikit kenaikannya, pasar bisa volatile," kata Hans kepada Kontan, Rabu (9/1). Meskipun begitu, kepastian akan rencana kenaikan suku bunga acuan AS di tahun ini jauh lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Namun, perhatian pasar saat ini tidak hanya sebatas menunggu kenaikan suku bunga The Fed, tapi juga risiko dari setiap kebijakan yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump. Ini mengacu pada risiko terjadinya shutdown pemerintahan AS, di mana dampaknya bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Ketika shutdown di AS terjadi, Hans meyakinkan bahwa dampaknya akan merambat ke negara lain dan pada akhirnya bisa menekan pergerakan bursa domestik maupun global. "Potensi ketidakpastian global jauh lebih besar untuk menekan pasar, dibandingkan sentimen domestik. Untuk itu, investor perlu wait and see dan buy on weakness jika memungkinkan," ungkapnya. Meskipun begitu, prospek pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang lebih baik tahun ini, didukung laporan keuangan emiten dan berbagai data makro yang cenderung positif, bisa menjadi rem untuk volatilitas bursa yang lebih dalam di 2019. "IHSG tahun ini bisa saja kembali di bawah 6.000, tapi kami optimistis trennya masih positif dan hingga akhir tahun diprediksi mampu ke level 7.000," tandas Hans. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Investa Saran Mandiri: Ketidakpastian di AS masih akan berimbas pada bursa saham
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Baru saja memasuki awal 2019, pasar modal Tanah Air sudah dihadapkan pada beberapa sentimen eksternal yang berisiko menekan indeks bursa. Sehingga, peluang terjadinya volatilitas di pasar bursa masih memungkinkan terlihat di Januari. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, ketidakpastian global pertama datang dari penantian pasar menunggu keputusan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell di Federal Open Market Commite (FOMC) di akhir Januari. "Kita lihat Powell akan berhati hati untuk menaikkan suku bunga acuannya, dan ini menjadi hal yang ditunggu pasar. Biarpun sedikit kenaikannya, pasar bisa volatile," kata Hans kepada Kontan, Rabu (9/1). Meskipun begitu, kepastian akan rencana kenaikan suku bunga acuan AS di tahun ini jauh lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Namun, perhatian pasar saat ini tidak hanya sebatas menunggu kenaikan suku bunga The Fed, tapi juga risiko dari setiap kebijakan yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump. Ini mengacu pada risiko terjadinya shutdown pemerintahan AS, di mana dampaknya bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Ketika shutdown di AS terjadi, Hans meyakinkan bahwa dampaknya akan merambat ke negara lain dan pada akhirnya bisa menekan pergerakan bursa domestik maupun global. "Potensi ketidakpastian global jauh lebih besar untuk menekan pasar, dibandingkan sentimen domestik. Untuk itu, investor perlu wait and see dan buy on weakness jika memungkinkan," ungkapnya. Meskipun begitu, prospek pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang lebih baik tahun ini, didukung laporan keuangan emiten dan berbagai data makro yang cenderung positif, bisa menjadi rem untuk volatilitas bursa yang lebih dalam di 2019. "IHSG tahun ini bisa saja kembali di bawah 6.000, tapi kami optimistis trennya masih positif dan hingga akhir tahun diprediksi mampu ke level 7.000," tandas Hans. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News