KONTAN.CO.ID - Milenial dan Gen Z berinvestasi? Bukannya milenial dan Gen Z terkenal boros, lebih hedon, lebih suka jalan-jalan alias healing dibanding investasi. Bahkan acapkali milenial dan gen Z baru pencapaian sedikit saja sudah heboh untuk self reward. Tapi benarkah milenial dan gen Z tidak dapat berinvestasi? Bukankah sekarang makin banyak dan mudah pilihan berinvestasi yang didukung beragam platform digital yang mempermudah berinvestasi? Menurut Aidil Akbar Madjid, Perencana Keuangan anggapan milenial dan gen Z boros tidak sepenuhnya benar, selama milenial dan gen Z belajar cara berinvestasi yang cerdas, maka mereka pun tetap bisa berinvestasi seperti generasi-generasi sebelumnya, sehingga bisa menghapus stigma tersebut.
Baca Juga: Membuat Perencanaan Keuangan yang Mudah di Umur 20-an (Bagian 1) Nah, apa saja yang harus dilakukan milenial dan gen Z agar bisa berinvestasi dengan cerdas? 1.Memperkuat pondasi keuangan Setelah memahami perencana keuangan secara umum dan memahami profil risiko individu, milenial dan gen Z perlu memperkuat pondasi keuangan. Tujuannya adalah agar kesehatan keuangan oprobadi atau keluarga tetap dalam kondisi aman apabvila terkadi risiko kerugian investasi. Pondasi keuangan pribadi terdiri dari mengelola arus kas dan utang serta memiliki dana darurat. Sebelum mulai berinvestasi milenial dan gen Z perlu mempersiapkan hal-hal berikut ini: -Evaluasi keuangan. Evaluasi keuangan yakni melakukan pengecekan kesehatan finansial apakah rasio-rasio keuangannya cukup sehat atau tidak. Selain itu juga mengatur arus kas agar selalu surplus sehingga memiliki dana untuk dialokasikan sebagai modal berinvestasi. Penilaian kesehatan keuangan sebaiknya dilaksanakan secara rutin minimal setiap akhir tahun agar permasalahan keuangan dapat sgera dideteksi. Sekaligus mengevaluasi alokasi aset-aset invcestasi sesuai tujuannya dan juga aset yang digunakan untuk keperluab pribadi apakah sudah dimanfaatkan secara efektif atau belum. Untuk evaluasi keuangan pribadi/keluarfa dapat meminta babntuan dari seorang perencana keuangan yang kompeten di bidangnya.
Baca Juga: Ini 4 Masalah Keuangan Generasi Y dan Z (Bagian 2) -Memiliki posisi utang yang sehat Posisi utang yang sehat dapat dilihat dari total cicilan bulanan maksimal sebesar 30% dari penghasilan per bulan, tidak memiliki utang konsumtif dengan bunga tinggi serta memiliki total sia utang maksimal sebesar 50% daru total aset. -Memiliki dana daarurat yang cukup, sesuai dengan profesi pekerjaan dan jumlah anggota kjeluarga yang ditanggung. Dana darurat ini merupakan dana simpanan dalam bentuk likuid yang nbantinya bisa digunakan untuk kondisi yang tidak terduga seperti kehilangan/berkurang penghasilan, musibah yang tidak disangka-sangka dan termasuk kerugian investasi. 2. Menyiapkan dana untuk berinvestasi Dana yang digunakan untuk berinvestasi adalah uang dingin yaitu uang milik sendiri dan tidak akan dipergunakan dalam jangka waktu pendek. Jadi prinsiop utama dalam berinvestasi adalah uangnya harus tersedia dahulu, tidak untuk segera digunakan dan terlebih lagi bukan diperoleh dari hasil utang. “Imbal hasil investasi sifatnya tidak pasti, namun cicilan utang pasti tetap harus dibayar dengan jumlah dan waktu yang sudah ditentukan.”jelas Aidil mengingatkan.
Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Generasi Z & Milenial Harus Menyiapkan Dana Pensiun Sedini Mungkin Lantas dari mana asal usul dana investasi ini? Salah satunya adalah dari penghasilan bulanan yang kita sisihkan. Itu sebabnya penting untuk mengatur budget dan cash flow bulanan. Mengatur budget dan cash flow bulanan adalah salah satu bagian penting dalam perencanaan keuangan pribadi. Keuangan pribadi tidak pernah menjadi bagian dari mata pelajaran di sekolah atau perguruan tinggi di Indonesia, sehingga milenial dan gen Z lebih banyak mencontoh dari ajaran dan kebiasaan orang tua masing-masing dan informasi yang diperoleh dari internet. Nah, akibatnya seringkali mereka salah dalam mengambil keputusan yang pada akhirnya justru merugikan. Perencanaan keuangan adalah proses untuk mencapai tujuan hidup seseorang melalui pengelolaan keuangan secara terintegrasi dan terencana. Proses ini dimulai dari mengevaluasi kondisi keuangan saat ini, menentukan tujuan keuangan, membuat perencanaan keuangan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, melaksanakan rencana dan mereview ulang rencana sesuai dengan kondisi terkini.
Baca Juga: Lima Langkah Agar Anda Jago Membuat Anggaran Bulanan Perencanaan keuangan apabila dianalogikan sebagai sebuah rumah, maka yang harus dibangun dahulu adalah poindasi rumah yang dalam perencanaan keuangan mencakup mengatur arus kas, menyiapkan dana darurat dan mengelola utang. Selanjutnya adalah tiang penyangga yang dalam perencanaan keuangan adalah zakat/amal, waris dan aset investasi untuk mencapai tujuan keuangan seperti dana pendidikan dan dana pensiun. Dan akhirnya ditutup dengan atap rumah yang dalam perencanaan keuangan merupakan proteksi asuransi. Aspek perencanaan keuangan inilah yang harus dipahami milenial dan gen Z agar dapat mencapai tujuan keuangannya. Dalam menjalankan kehidupan mulai dari memiliki penghasilan sendiri sampai masa pensiun nanti, mereka bertanggungjawab untuk membuat perencanaan keuangan.
Investasi adalah adalah salah satu aspek perencanaan keuangan yang tidak bisa berjalan sendiri dan harus didukung aspek-aspek lain seperti di atas. Investasi haru dipelajari dengan benar dan dilakukan dengan benar. Berinvestasi secara sembarangan bisa mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Jadi lengkapi bekal ilmunya secara lengkap sebelum mulai berinvestasi.
Baca Juga: Kapan Anda Perlu Melakukan Perencanaan Keuangan? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti