Investasi Deposito di Dana Pensiun Turun 11,37% pada Juni 2024, Intip Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat adanya penurunan signifikan pada penempatan investasi Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) di instrumen deposito pada Juni 2024. 

Total penempatan di deposito hanya mencapai Rp 4,58 triliun, turun 11,37% year-on-year (YoY) dibandingkan Rp 5,28 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, penempatan investasi di obligasi korporasi justru meningkat 6,23% YoY, mencapai Rp 9,66 triliun dari Rp 9,09 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.


Direktur Utama Dana Pensiun BCA, Budi Sutrisno, menyebut penurunan penempatan deposito didorong oleh peningkatan alokasi investasi ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. 

Baca Juga: Mulai Oktober 2024 Dana Pensiun Tak Bisa Dicairkan Sebelum 10 Tahun

"SRBI dicatat oleh Dana Pensiun dalam penempatan Surat Berharga Indonesia (SBI) di mana, saat ini secara rata-rata masih memberikan hasil yang lebih baik dari instrumen investasi deposito dan memiliki masa jatuh tempo yang serupa," kata Budi kepada Kontan.co.id, Senin (30/9).

Instrumen dengan tenor pendek seperti deposito dan SRBI, yang berkisar antara 6 hingga 12 bulan, umumnya digunakan oleh dana pensiun untuk menjaga likuiditas.

Budi juga menjelaskan bahwa penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin pada September 2024 turut memengaruhi penurunan investasi di deposito. 

"Untuk itu, kami Dapen BCA mengalihkan sebagian investasi deposito ke instrumen SRBI sekitar 30% mulai sejak April 2024," imbuhnya.

Tak hanya itu, Budi menjelaskan bahwa penurunan suku bunga akan mempengaruhi bunga deposito karena penurunan suku bunga deposito akan mengurangi imbal hasil, sehingga deposito menjadi instrumen investasi yang kurang menarik dibandingkan alternatif lainnya yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Kendati begitu, dia menilai pengurangan penempatan di deposito perlu diimbangi dengan analisis risiko dan likuiditas yang cermat. Pasalnya Budi bilang, meskipun investasi deposito memberikan imbal hasil yang rendah, tetapi masih menawarkan keamanan dan likuiditas yang tinggi.

Baca Juga: Mulai Oktober 2024 Dana Pensiun Tak Bisa Dicairkan Sebelum 10 Tahun

"Sehingga sebagian dana pensiun mungkin masih ditempatkan di deposito untuk kebutuhan kas atau sebagai bagian dari strategi likuiditas jangka pendek," ungkapnya.

Terkait penempatan investasi Dana Pensiun BCA, Budi menyebutkan bahwa 13,47% dari portofolio ditempatkan dalam deposito berjangka, 8,14% di SRBI, 36,51% di Surat Berharga Negara (SBN), 5,59% dalam saham dan reksadana, serta 6,54% di obligasi. Sisa investasi dialokasikan pada penyertaan langsung sebesar 13,85% dan 15,90% berupa tanah dan bangunan.

Lebih lanjut, Budi menegaskan bahwa setiap perusahaan dana pensiun perlu menjaga likuiditas untuk memastikan kewajiban pembayaran pensiun dapat terpenuhi. Tak hanya itu, dana pensiun juga perlu mempertimbangkan jangka waktu pencairan investasi serta kewajiban yang akan datang.

"Maka perlu diperhatikan bahwa instrumen jangka panjang seperti SBN dan obligasi juga harus disesuaikan dengan kebutuhan kewajiban jangka panjang," kata Budi.

Budi juga menegaskan bahwa OJK mengatur proporsi maksimal investasi di setiap instrumen untuk menjaga keseimbangan risiko. Pengelola dana pensiun wajib mematuhi regulasi tersebut guna memastikan keamanan portofolio dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.

"Secara keseluruhan, penempatan investasi ini menggabungkan instrumen dengan profil risiko rendah hingga tinggi, dengan tujuan mencapai keseimbangan antara pertumbuhan modal dan perlindungan aset, sambil tetap memperhatikan likuiditas serta regulasi yang ada," tuturnya.

Baca Juga: Dapen Bank Mandiri Siapkan Realokasi Portofolio Pasca BI Pangkas Suku Bunga Acuan

Selaras dengan hal ini, Direktur Utama Dana Pensiun Bank Mandiri Abdul Hadie juga mengatakan bahwa penurunan investasi di deposito disebabkan oleh peningkatan investasi ke SRBI karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.

Kemudian, menurutnya penurunan deposito juga disebabkan karena adanya penurunan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6%. Dengan kondisi ini, tentu bunga deposito akan ikut turun dan mengurangi imbal hasil, sehingga deposito menjadi instrumen investasi yang tidak menarik lagi meski memiliki likuiditas yang tinggi.

Meski begitu, Hadie menuturkan semua pelaku pasar termasuk Dana Pensiun sudah berantisipasi dengan baik terkait adanya penurunan suku bunga. Menurut dia, hal ini cukup positif namun tetap akan ada reinvestment risk berupa penurunan return dari re-investment atas portfolio yang akan jatuh tempo. 

"Tapi hal tersebut sudah diantisipasi dengan front loading yang kita lakukan pada saat bunga masih tinggi,” kata Hadie kepada Kontan.co.id, Senin (30/9). 

Ia menuturkan meski adanya penurunan suku bunga, tetapi sebagian besar prinsip investasi pada Dana Pensiun adalah keseimbangan jatuh tempo antara investasi dan kewajiban (asset liabilities matching), sehingga kewajiban manfaat pensiun terhadap peserta dana pensiun juga tetap terjaga. 

Lebih jauh lagi Hadie mengatakan, adanya penurunan suku bunga BI ini juga tidak akan mengubah strategi perusahaan secara signifikan, karena sebagai pengelola dana pensiun  Dapen Bank Mandiri juga harus menjaga agar risiko portfolio terjaga di level yang moderate. 

Baca Juga: Dapen Kaji Investasi Obligasi Negara Tenor 40 Tahun

Kendati begitu, dia mengatakan bahwa dengan adanya penurunan suku bunga BI ini, Dapen Bank Mandiri akan melakukan realokasi portfolio investasi dengan shifting ke assets yang masih memberikan return cukup baik dalam rangka optimalisasi hasil usaha investasi (HUI). 

"Kemudian, Dapen Bank Mandiri juga akan mengurangi asset investasi yang kurang produktif dan melakukan rebalancing untuk optimalisasi nilai dan outlook dari angka Selisih Penilaian Asset (SPI) portfolio investasi Dana Pensiun," ungkapnya.

Tak hanya itu, Hadie bilang, Dapen Bank Mandiri juga optimis hasil investasi masih sesuai dengan yang direncanakan, bahkan mungkin lebih baik dengan adanya sedikit bonus dari kondisi pasar equity atau saham berkat adanya penurunan suku bunga BI. 

Adapun Dapen Bank Mandiri menargetkan hasil usaha investasi bisa mencapai Rp 720 miliar hingga akhir 2024.

Selanjutnya: Jasindo Catat Pendapatan Premi Rp 2,55 Triliun per Agustus 2024

Menarik Dibaca: Tingkatkan Perekonomian, Dayan Craft Kelola Limbah Kain Perca

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .