Investasi di bisnis TI tak pernah mati



JAKARTA. Investasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication technologies (ICT) tumbuh pesat.

Berdasarkan perkiraan Kementerian Koordinator Perekonomian, investasi ICT sampai tahun 2014 akan mencapai Rp 30,2 triliun. Nilai investasi ini merupakan komitmen dari 11 perusahaan swasta ditambah dua instansi pemerintah yang menggelar proyek pembangunan layanan publik berjenis ICT.

Eddy Satria, Deputy Asisstant for ICT and Utility Kemenko Perekonomian menuturkan, pengusaha mengungkapkan komitmen investasi tersebut dalam rapat kerja untuk program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3I) baru-baru ini. "Sudah ada komitmen, sekalipun baru segelintir perusahaan," katanya, Rabu (21/9).


Sebanyak 11 perusahaan terdiri dari perusahaan operator telekomunikasi, penyelenggara jasa jaringan internet, dan produsen atau vendor perangkat telekomunikasi. Mereka akan menanamkan investasi berupa pembangunan jaringan backbone fiber optik, jaringan base transceiver station (BTS), peluncuran satelit, hingga ekspansi pabrik sampai tahun 2014.

Ambil contoh, PT Telekomunikasi Tbk (Telkom) berkomitmen berinvestasi sebesar Rp 21 triliun. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut akan membangun jaringan backbone fiber optik. Sedangkan anak usahanya, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) mengajukan komitmen sebesar Rp 2 triliun untuk pembangunan sistem broadband city di 40 kota.

Sedangkan vendor perangkat seperti PT Xirka Dama-Huawei berkomitmen sebesar Rp 350 milliar untuk ekspansi pabrik perangkat bagi operator telekomunikasi atau dikenal dengan nama base station. Perusahaan juga akan mengembangkan perangkat yang dipakai pelanggan atau customer premises equipment (CPE). Selain itu, ada PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) yang komitmen investasi Rp 5 triliun untuk membangun perangkat BTS.

Eddy menuturkan, selain komitmen investasi, Kementerian Koordinasi Perekonomian juga menerima laporan investasi yang sedang berjalan (on going) pada tahun 2011. Nilai investasi on going tahun ini mencapai Rp 6,2 triliun. "Kami berharap masih tambahan laporan perusahaan, karena beberapa masih merahasiakan," tambahnya.

Target menguasai pasar

Sylvia Sumarlin, Direktur Utama Xirka menuturkan, perusahaannya tergerak untuk menanamkan modalnya di Indonesia lantaran melihat pasar ICT Indonesia yang masih sangat besar. Hal ini dilihat dari pertumbuhan pengguna internet. "Bagi kami, Indonesia merupakan lahan yang sangat potensial dalam berbisnis," katanya.

Xirka tengah menyiapkan pabrik dengan kapasitas produksi untuk 5.000 perangkat base station dan 1 juta perangkat CPE teknologi internet broadband WiMax 802.16e dan WiMax 802.16d. "Target kami menguasai 30% pasar hingga 2014," katanya.

Namun, Irfan Setiaputra, Presiden Direktur PT Inti, berpendapat, sekalipun pasar masih terbuka lebar, bisnis industri manufaktur khusus perangkat masih layu. Pasalnya, pasar yang terbuka menjadikan vendor-vendor asing bebas merangsek pasar dalam negeri. "Impor handset saja sampai 30 juta pada tahun 2010, jadi harus ada peningkatan daya saing," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie