KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era digital yang berkembang pesat melunturkan sekat bagi investor yang ingin menjaring cuan dari bursa luar negeri. Sejumlah platform investasi sudah bisa memfasilitasi investor untuk memilih saham dari bursa global. Tengok saja aplikasi investasi multi-aset, Pluang, yang memperluas akses investor ritel ke lebih dari 600 aset di bursa Amerika Serikat (AS). Pluang menyajikan pilihan investasi di pasar saham AS mulai dari US$ 0,30 atau kurang dari Rp 5.000. Layanan ini pun tampaknya mendapat respons positif. Pasalnya, Pluang mencatat pertumbuhan aset kelolaan sampai lima kali lipat di saham AS dalam setahun terakhir.
"Inklusi keuangan menjadi komitmen jangka panjang Pluang dan prinsip utama dalam menciptakan inovasi produk, termasuk 500+ pilihan baru saham AS mulai dari sektor teknologi, farmasi,
consumer goods sampai klub sepak bola," ungkap Co-Founder Pluang, Claudia Kolonas, dalam rilis Rabu (7/6).
Baca Juga: Wall Street Menuju Kenaikan Mingguan, Nasdaq Naik 8 Pekan Beruntun Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas, Raphon Prima mengamati platform trading & investasi cukup jeli melihat potensi gairah investasi, terutama di kalangan milenial. Apalagi investor di segmen ini lebih berpikiran terbuka, sehingga tidak sebatas menganalisa saham di Indonesia. "Investor yang berinvestasi di saham global biasanya sudah memiliki pengetahuan yang baik, khususnya teknologi. Mereka juga mengamati saham-saham luar negeri, terutama yang berorientasi di sektor teknologi," ungkap Raphon kepada Kontan.co.id, Jumat (16/6). Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, melihat terbukanya akses ke pasar saham luar negeri membawa alternatif investasi. Sejalan dengan ukuran kapitalisasi, likuiditas dan jenis perusahaan yang lebih beragam. Terlebih, pasar saham di sejumlah negara mulai rebound terdorong tanda-tanda menguatnya pemulihan ekonomi. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menimpali, investor tak perlu terpaku hanya ke Negeri Paman Sam. Sebab, prospek bursa saham di beberapa kawasan punya outlook positif, seperti NIKKEI, Hang Seng, SSE, dan KOSPI. "Beberapa indeks di Asia juga mempunyai momentum yang kuat. Beberapa indeks sudah anjlok cukup dalam tahun lalu, sehingga tahun ini mempunyai valuasi yang menarik," terang Nico.
Baca Juga: Menilik Cuan Investasi di Bursa Luar Negeri Hanya saja, Nico mengingatkan, sebelum berinvestasi di bursa global investor semestinya memiliki manajemen risiko yang telah matang. Apalagi di tengah ketidakpastian pasar global, investor perlu waspada saham domestik maupun asing bisa kompak turun. Belum lagi terkait risiko kurs yang bisa saja mengurangi nominal investasi. "Semakin terdepresiasi nilai rupiah, jika ingin dikonversi ke mata uang beberapa negara di pasar modal, maka akan memperkecil nominal investasi untuk top up," imbuh Nico. Meski sebaliknya, ada potensi cuan lebih tebal ketika keuntungan dikonversi ke rupiah. Dus, investor harus terampil dalam menilai momentum. Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi pun menegaskan investasi di bursa luar negeri tidak cocok untuk investor awam. "Dengan banyaknya instrumen derivatif, pasar luar dapat diekspektasi lebih volatile. Diversifikasi dapat dilakukan untuk mitigasi risiko," kata Reza.
Baca Juga: Loyo di Akhir Pekan, Begini Prediksi IHSG di Awal Pekan Depan Daniel sepakat, karakteristik bursa global seperti di AS akan lebih volatile karena semakin rawan terpapar berbagai sentimen. Pada prinsipnya, investor harus tetap cermat memilih saham dengan analisa fundamental perusahaan, prospek bisnis, momentum teknikal, dan sentimen yang mengiringinya.
Sebagai pertimbangan investasi, Daniel menilai saham-saham teknologi di AS saat ini menarik, sejalan dengan mulai melandainya kenaikan suku bunga. Raphon sepakat, sektor teknologi menyimpan potensi growth yang tinggi, sedangkan sektor konvensional cenderung terbatas. "Kalau untuk sektor-sektor konvensional seperti bank, emiten di Indonesia lebih menarik. Namun kalau sektor teknologi, emiten di luar negeri seperti AS lebih menarik," sebut Raphon. Reza turut melirik prospek saham teknologi seiring berkembangnya penggunaan
artificial intelligence. Selain itu, sektor riil yang sudah banyak terkoreksi seperti semikonduktor juga punya prospek menarik. Tak terpaku pada AS, Reza melihat pasar saham China dan Jepang juga layak dilirik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati