KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia masih optimistis dapat mencapai net zero emission carbon dengan meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di masa datang. Nah, untuk merealisasikan rencana itu, dibutuhkan investasi dengan nilai yang super besar. Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM memaparkan, investasi yang berbasis fosil saat ini sudah tidak ada sehingga dari sisi pendanaan otomatis hanya ada investasi untuk yang sifatnya energi bersih. Dia mengungkapkan, kebutuhan investasi EBT dalam roadmap yang basisnya on grid di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, meskipun perhitungannya belum terlalu detail, dibutuhkan Rp 500 triliun untuk mencapai porsi pembangkit listrik berbasis EBT hingga 20 GW.
Investasi EBT jangka panjang diproyeksi telah biaya hingga ribuan triliun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia masih optimistis dapat mencapai net zero emission carbon dengan meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di masa datang. Nah, untuk merealisasikan rencana itu, dibutuhkan investasi dengan nilai yang super besar. Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM memaparkan, investasi yang berbasis fosil saat ini sudah tidak ada sehingga dari sisi pendanaan otomatis hanya ada investasi untuk yang sifatnya energi bersih. Dia mengungkapkan, kebutuhan investasi EBT dalam roadmap yang basisnya on grid di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, meskipun perhitungannya belum terlalu detail, dibutuhkan Rp 500 triliun untuk mencapai porsi pembangkit listrik berbasis EBT hingga 20 GW.