Investasi ENI di Indonesia Bisa Lebih dari Rp 250 Triliun, Ini Deretan Proyeknya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan migas asal Italia, ENI menginvestasikan uang senilai US$ 16 miliar atau setara Rp 250 triliun (kurs Rp 15.650 per dolar AS) dari sejumlah proyek hulu migas di Indonesia. 

Ke depannya nominal investasi tersebut bisa semakin besar seiring dengan kerja sama ENI dan Indonesia di sektor dekarbonisasi. 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, nilai investasi tersebut dari sejumlah proyek yang sedang digarap ENI. 


Antara lain, dari Lapangan Jangkrik untuk mempertahankan laju produksi eksisting. Di ladang gas tersebut juga dioperasikan pemrosesan migas terapung atau floating processing unit (FPU) yang menghubungkan 10 sumur bawah laut. 

“Kemudian proyek pengembangan Maha-2, Geng North, proyek pengembangan Indonesia Deepwater Development (IDD), dan tambahan eksplorasi lainnya,” ujar Dwi ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (2/2). 

Baca Juga: Pelaku Usaha Hulu Migas Sambut CCS Di Indonesia, Berikut Potensi Bisnisnya

Dwi mengungkapkan, ENI masih melihat potensi gas yang besar di Indonesia terkhusus di Geng North dan IDD sehingga perusahaan asal Italia itu telah menyiapkan rencana jangka panjang. 

“Jadi sekarang ada 4 proyek (yang digarap ENI) ditambah eksplorasi lagi, tentu saja memberikan keyakinan bahwa eksplorasi itu optimistis menemukan cadangan baru. Jadi ada tambahan investasi lagi,” jelasnya. 

Nah, ke depan ENI tidak hanya berinvestasi pada sektor hulu migas saja, tetapi juga akan mendukung program dekarbonisasi di Indonesia. 

Pada Jumat (2/2) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan ENI menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) terkait kerja sama dekarbonisasi. Penandatanganan ini merupakan tindak lanjut atas lawatan Kementerian ESDM ke kantor ENI di Italia pada tanggal 21-24 Januari 2024 lalu.

“Mereka akan membawa kompor listrik diberikan bantuan ke Indonesia, kemudian mereka juga akan membangun waste to energy, jadi (pengelolaan) limbah mereka akan dipraktikkan di Indonesia,” ujar Dwi. 

Ada juga kerja sama di sektor agrikultur di mana ada potensi mengolah bijih karet menjadi energi. 

Dwi tidak menampik, kerja sama Indonesia dengan ENI juga akan diperluas ke bisnis Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS). 

“Proyek CCS/CCUS ini bisa mengantisipasi bisnis carbon trading di masa depan” kata Dwi. 

Meski demikian, nilai kerja sama di sektor dekarbonisasi ini belum bisa dibeberkan olehnya  karena baru masuk tahap studi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat