KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melihat fundamental dalam negeri cukup stabil, bahkan mulai membaik ditengah tekanan faktor eksternal, Bank Commonwealth merekomendasikan reksadana saham masih menjadi pilihan yang objektif di sepanjang bulan ini. Faktor eksternal yang menekan pasar Indonesia adalah perang dagang. Amerika Serikat (AS) telah menerapkan tarif impor pertamanya pada Tiongkok senilai US$ 34 miliar pada Juli lalu. Selanjutnya, kenaikan suku bunga oleh The Fed masih menghantui
emerging market termasuk Indonesia. Bank Commonwealth mencatat, sentimen kenaikan suku bunga The Fed membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi. Sejak awal tahun rupiah melemah 7,8%.
Namun, Bank Commonwealth melihat, respons BI menaikkan suku bunga acuan tiga kali sebanyak 100 basis poin, ampuh untuk mengembalikan ketertarikan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut tercermin dari aliran dana asing yang mulai masuk ke pasar Surat Berharga Nasional (SBN) dan saham pada akhir Juli lalu. Menurut Ivan Jaya,
Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth perhelatan Asian Games 2018 diprediksi akan memberikan keuntungan bagi Indonesia dan menjadi katalis positif. "Asian Games akan menyumbang keuntungan untuk sektor infrastruktur dan manufaktur, selain itu acara olahraga bergengsi ini juga akan berkontribusi positif pada sektor transportasi dan
consumer goods," kata Ivan, dalam keterangan tertulis, Jumat (10/8). Ke depan, Ivan memproyeksikan kondisi investasi di Indonesia akan mengarah positif. Optimisme Ivan datang karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepanjang Juli lalu tumbuh 2,37%. Hal tersebut didukung dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 tercatat 5,27%, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya di 5,06% dan lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu di 5,01%. "Asian Games diharapkan bisa menambah komponen pertumbuhan belanja domestik pada kuartal III 2018," kata Ivan.
Untuk mengikuti pasar dan membantu mengoptimalkan imbal hasil investasi nasabah, Bank Commonwealth menyediakan layanan
wealth management bernama Dynamic Model Portfolio. Layanan ini akan mengumpulkan berbagai informasi pasar, memilah mana yang paling relevan untuk setiap nasabah berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi mereka, kemudian memberikan saran terkait penempatan portofolio aset-nya. Dengan begitu, nasaah bisa mengatur asetnya secara dinamis tidak harus sama dengan proporsi investai yang ditentukan diawal. "Lewat Dynamic Model Portfolio, kami ingin melayani nasabah kami dengan layanan
wealth management yang mampu membantu mereka memahami realita pasar yang dinamis daripada hanya statis terpaku pada teori semata. Seperti rekomendasi Dynamic Model Portfolio di bulan Agustus untuk nasabah dengan profil risiko
growth meningkatkan porsi aset saham dari 60% ke 70%, menurunkan porsi
fixed income dari 20% ke 15%, dan pasar uang dari 20% ke 15%,” jelas Ivan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati