KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan investasi industri dana pensiun semakin cemerlang di Oktober 2019. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total investasi per Oktober 2019 sebesar Rp 90,5 triliun, naik 17,2% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 77,2 triliun. Wakil Ketua Perkumpulan DPLK Nur Hasan Kurniawan mengatakan, pertumbuhan ini didorong oleh penempatan investasi pada SBN dan deposito berjangka. "Memang pertumbuhan investasi di DPLK relatif stabil dan terus meningkat mengingat 80% investasinya di lakukan pada SBN dan deposito berjangka," kata Hasan Kurniawan kepada Kontan.co.id, Senin (23/12).
Baca Juga: DPLK catatkan total investasi per Oktober 2019 sebesar Rp 90,5 triliun Per Oktober 2019, portofolio investasi di deposito berjangka sebesar Rp 53,2 triliun, sedangkan SBN sebesar Rp 16,6 triliun. Adapun target pertumbuhan aset industri DPLK di tahun 2019 menurut Hasan sangat konservatif yaitu sebesar 10%-15% dan di November sudah tercapai 10% secara
year to date (ytd). Di tahun 2020, Hasan memprediksi peserta belum berubah, masih akan menitikberatkan portofolio investasi di SBN dan deposito berjangka. "Tantangan di 2020 yaitu ketidakpastian perekonomian dari sisi eksternal dan internal,"jelasnya. Sementara itu Dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) Syariah Muamalat mencatatkan peningkatan dana kelolaan investasi sebesar 8,41% secara
year on year (yoy) di Oktober 2019.
Senior Vice President & Executive DPLK Syariah Muamalat Sulistyowati menyebut, dana kelolaan investasi perusahaan mencapai Rp 1,503 triliun, sedangkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,383 triliun atau tumbuh 8,67%. "Pertumbuhan tersebut diiringi dengan pertumbuhan jumlah peserta aktif, pada semester I yang berjumlah 120.000 orang di bulan Oktober 2019 sudah mencapai Rp 125.000 orang,"kata Sulistyowati kepada kontan.co.id DPLK Syariah Muamalat menargetkan dana kelolaannya naik minimal 15% pada 2019.
Baca Juga: Imbal hasil investasi DPLK Syariah Muamalat melebihi industri Untuk portofolio investasi DPLK Syariah Muamalat Sulistyowati menyebut penempatannya tersebar di sejumlah keranjang. Mulai dari deposito di bank syariah, sukuk baik itu dari korporasi maupun pemerintah, saham syariah hingga reksadana syariah. Bila dirincikan komposisinya, yaitu sukuk sebesar 36,51%, deposito 56,56%, reksadana 5,82%, dan saham 1,11%. Sulistyowati mengakui di 2020 akan ada tantangan yang dihadapi dalam mengelola dana investasi. "Ya pasti ada, karena kalau perusahaan lebih mengutamakan mengelola dana pensiunnya ke BPJS Ketenagakerja yang sifatnya wajib. Tantangan yang lebih berat lagi adalah bahwa masyarakat banyak yang tidak aware akan kebutuhan berinvestasi untuk dana pensiun, mereka berpikir untuk pensiun," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi